Nationalgeographic.co.id—Sejarah Perang Salib, salah satu peristiwa terpenting di Abad Pertengahan. Perang Salib juga disebut sebagai bentrokan antara agama Kristen dan Islam.
Namun, esensi sejati Perang Salib sebagai pertempuran antara 'Kristen vs Muslim' bukanlah itu. Pada kenyataannya, Perang Salib ditandai dengan keragaman agama yang kaya, aliansi politik yang kompleks, dan dinamika sosio-ekonomi yang menarik. Bahkan, perang ini berlangsung selama beberapa abad di beberapa wilayah geografis.
Istilah sejarah Perang Salib mengacu pada serangkaian perang agama dan politik yang terjadi dari abad ke-11 hingga ke-15, yang sebagian besar dipicu oleh Gereja Latin pada periode abad pertengahan.
Gagasan konvensional melukiskan gambaran kekuatan Kristen bersatu dari Eropa Barat memulai misi ilahi untuk merebut kembali Tanah Suci dari apa yang disebut 'musuh Muslim.'
Narasi ini, meski mengandung unsur kebenaran, merupakan penyederhanaan yang berlebihan dari peristiwa sejarah yang jauh lebih beragam.
Sejarah Perang Salib menyatukan beragam budaya, keyakinan, dan motivasi politik yang tidak cocok dengan kerangka biner 'sekutu Kristen' versus 'musuh Muslim.'
Lanskap keagamaan Perang Salib beragam dan rumit, dengan banyak sekte Kristen, berbagai aliran pemikiran Islam. Bahkan, kehadiran komunitas Yahudi dan agama lain memainkan peran penting dalam membentuk jalannya peristiwa.
Para tentara salib itu sendiri bukanlah kelompok 'Kristen Latin' yang homogen. Mereka terdiri dari penganut dari berbagai denominasi Kristen, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Yunani, Ortodoks Armenia, dan anggota berbagai Gereja Kristen Timur lainnya.
Penting untuk diketahui bahwa perpecahan dan aliansi di antara kelompok-kelompok Kristen ini sama berpengaruhnya dalam membentuk Perang Salib sebagaimana oposisi mereka terhadap kekuatan Muslim.
Di sisi lain perpecahan, dunia Islam jauh dari entitas yang bersatu. Sebaliknya, itu adalah mosaik kekhalifahan, emirat, dan kesultanan yang bersaing, masing-masing dengan motivasi politik, identitas budaya, dan interpretasi Islam yang berbeda.
Fatimiyah, Seljuk, Ayyubiyah, dan kemudian Mamluk, semuanya memiliki tanggapan yang berbeda terhadap Perang Salib, dan pertikaian di antara faksi-faksi ini terkadang lebih diutamakan daripada perang melawan tentara salib.
Khususnya, aliansi bahkan dibentuk antara faksi Muslim dan Kristen tertentu ketika kepentingan mereka selaras, yang semakin mengaburkan garis agama dan politik.