Perubahan Iklim Bawah Tanah Mengancam Gedung-Gedung Pencakar Langit

By Ricky Jenihansen, Senin, 31 Juli 2023 | 12:00 WIB
Lampu-lampu gedung yang memberi nuansa dinamis Kota Tokyo. Kreativitas warga telah menghadirkan denyut baru di kota tersibuk di Jepang ini. Ada perubahan iklim bawah tanah yang berpotensi mengancam keberadaan gedung-gedung pencakar langit. ( Tito Rikardo)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru insinyur sipil di Amerika Serikat mengungkapkan kondisi abnormal di bawah kota-kota besar di seluruh dunia. Ada perubahan iklim bawah tanah yang berpotensi mengancam keberadaan gedung-gedung pencakar langit, dan mungkin dapat meruntuhkannya.

Rincian hasil penelitian tersebut telah dijelaskan di Nature Communications Engineering belum lama ini. Makalah tersebut diterbitkan dengan judul "The silent impact of underground climate change on civil infrastructure" dan merupakan jurnal akses terbuka.

Menurut hasil penelitian, Bumi di bawah kota-kota besar saat ini sedang memanas yang mereka sebut perubahan iklim bawah tanah. Kondisi bawah tanah berubah sedemikian rupa sehingga dapat merusak bangunan, jembatan, dan sistem transportasi.

Tanyakan saja kepada penumpang yang terik di kereta bawah tanah London Underground atau New York City, dan mereka akan berkeringat memberi tahu Anda tentang bagaimana sistem transportasi bawah tanah memuntahkan panas, menurut peneliti.

Saat panas itu berdifusi ke dalam tanah, itu meningkatkan suhu tanah dan menyebabkan perubahan iklim bawah tanah.

Menurut penelitian baru itu, kondisi tersebut telah sedikit menggeser tanah di salah satu kota di Amerika Serikat. Namun, perubahan iklim bawah tanah ini belum berdampak signifikan dan kebanyakan gedung pencakar langit dirancang cukup kuat untuk bertahan.

Peneliti utama Alessandro Rotta Loria dari Northwestern University di Illinois menggunakan distrik Chicago Loop sebagai studi kasus. Peneliti juga menggunakan data tiga tahun dari jaringan sensor suhu nirkabel.

Ia membuat model komputer 3D untuk mensimulasikan bagaimana kenaikan suhu berdampak pada lingkungan di bawah permukaan.

Suhu tanah pada tiga kedalaman di bawah distrik Loop Chicago. Warna yang lebih gelap mewakili suhu yang lebih tinggi. (Rotta Loria)

Simulasinya berlangsung selama satu abad, dari tahun 1951 (tahun Chicago menyelesaikan terowongan kereta bawah tanahnya) hingga tahun 2051.

Hasil simulasi itu mengungkapkan "dampak senyap" namun berpotensi bermasalah dari perubahan iklim bawah tanah perkotaan. Dampak yang paling mungkin terjadi dapat menurunkan kinerja struktur dan infrastruktur sipil.

"Baru belakangan ini kami mengetahui bagaimana New York City bisa tenggelam di bawah beban gedung pencakar langitnya. Tambahkan panas ke dalam campuran, dan tanah di bawah kota perlahan-lahan dapat bergeser, menetap, dan surut saat tanah mengering dan memadat," katanya.