Menziarahi Pesona Alam Tropis dan Budaya Luhur Bumi Minangkabau

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 4 Agustus 2023 | 07:00 WIB
Perkampungan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, memikat daya tarik wisatawan berkunjung setiap harinya. Bentang alam Sumatra Barat bak surgawi, menyimpan pesona yang harus dikunjungi para pecinta wisata alam dan budaya. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Silek di Kubu Gadang berbeda dari yang lainnya. Mereka menyebutnya sebagai silek lanyah atau silat lumpur, yang digagas Datuk Jufriadi yang merupakan ninik mamak di Kubu Gadang. Di sela-sela istirahat, Jufriadi mengatakan bahwa silat lanyah merupakan pembaruan dari silek tuo.

Silek lanyah merupakan pembaruan dari silek tuo. Fungsinya menjadi pertunjukkan pentas seni kebudayaan di atas lumpur. Terkadang, aksi kesenian silek lanyah ditampilkan dalam sandiwara randai, saat adegan pergulatan. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

"Silek tuo itu susah, tidak semua orang bisa. Gerakannya dapat celaka seperti patah tangan dan patah kaki," kata Jufriadi. "Karena sulitnya itu, kami lebih baik [atraksi silat] dipindahkan ke lanyah. Tidak ada lagi yang celaka."

Namun yang membuat silat lanyah menarik, bagi saya, pertunjukkan silat di kubangan lumpur sawah lebih memukau dilihat. Setiap kali jurus dihempaskan pesilat, lumpur terciprat bak efek visual dalam gim tarung. Di tambah dengan latar belakang area persawahan, membuat ciri khas tradisi begitu kuat dalam pertarungan silek.

Pesona tropis Minangkabau

"Wah, susah udah kalau begini," kata videografer Ricky Martin kecewa pada suatu pagi di pertengahan Juli. Ia menjaga kameranya agar tidak terkena hujan deras disertai angin kencang. Videografer kami yang lain, Aga Akbel Pratama, berusaha sebisa mungkin menghalau air hujan dari kamera dengan menggenggam erat payung ungu milik saya. Sementara itu, fotografer Donny Fernando melindungi kameranya di balik jaketnya.

"Ya udah, kita balik aja. Siang kalau masih begini, kita cabut aja. Langsung ke Batusangkar," saran Ricky. Kami pun kembali ke pondok karena angin sangat kencang dan menghangatkan diri. Seharusnya, kami mengambil gambar tiga danau sekaligus: Danau Atas, Danau Bawah, dan Danau Talang. Namun, angin membawa kabut turun sehingga tak tampak apa-apa.

Rupanya, presipitasi awan terpantau menutup separuh Sumatra Barat, menurut satelit cuaca. Bahkan, di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan, dilaporkan sedang banjir dan longsor.

Mengetahui bahwa Kabupaten Pesisir Selatan dilanda badai hujan deras dan longsor, kami beruntung. Sehari sebelumnya, kami telah mengunjungi Kawasan Wisata Mandeh di daerah tersebut. Kami mengagumi keindahan alam nan eksotis di sana.

Pemandangan Kawasan Wisata Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Pesona alam pesisirnya yang eksotis, memikat pejalan berkunjung karena bentangnya yang menyerupai gugusan pulau di Raja Ampat, Papua Barat Daya. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Hanya saja saat itu, cuaca sedang panas dan matahari sangat terik. Gugusan pulau kecil di pesisir barat Sumatra itu tampak berdesak-desakkan, bersamaan dengan perbukitan yang berdiri megah dari daratan utama Mandeh. Semua terlihat jelas seperti julukannya sebagai Raja Ampat di Pulau Sumatra, berbeda dengan kondisi kami di Alahan Panjang.

Bagaimanapun, beginilah kondisi alam di belahan bumi khatulistiwa dengan musim yang terkadang kemarau dan hujan lebat. Semua terjadi berkat siklus angin monsun dua kali setahun kawasan tropis. Belum lagi, saat ini Indonesia mulai memasuki siklus El Nino dan Dipol Samudra Hindia, yang membuat pejalan harus berhati-hati saat hendak berwisata.