Dalam Sejarah Mesir Kuno, Orang Mencukur Alis Saat Kucingnya Mati

By Sysilia Tanhati, Selasa, 8 Agustus 2023 | 15:00 WIB
Setiap kebudayaan memiliki ritual berkabung yang unik. Dalam sejarah Mesir kuno, orang mencukur alis saat kucingnya mati. (Metropolitan Museum of Art)

Nationalgeographic.co.id—Setiap kebudayaan memiliki ritual berkabung yang unik. Sejarawan Yunani Herodotus meninggalkan catatan tentang ritual berkabung dalam sejarah Mesir kuno. Menurutnya, ketika seekor kucing mati, semua anggota rumah tangga itu akan mencukur alisnya. Hal itu dilakukan sebagai tanda penghormatan dan kesedihan keluarga yang ditinggalkan.

Kucing dalam sejarah Mesir kuno

Orang Mesir kuno memelihara kucing untuk menjauhkan tikus dan ular dari rumah dan tempat penyimpanan makanan.

Kucing juga digambarkan dalam ekspedisi berburu di rawa-rawa di mana diperkirakan mereka digunakan untuk mengusir burung dari alang-alang.

Selain untuk tujuan praktis, ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa kucing disayangi oleh keluarga di Mesir kuno. Misalnya di makam Ipuy dari Deir el Medina (1293-1185 Sebelum Masehi), seekor kucing peliharaan digambarkan mengenakan anting-anting. Dalam lukisan itu, salah satu anak kucingnya sedang bermain dengan lengan tunik pemiliknya.

Mengapa orang Mesir kuno mencukur alisnya ketika kucing keluarga mati?

Mencukur alis saat kucing milik keluarga mati adalah tanda bahwa orang Mesir sangat menyayangi hewan peliharaan mereka. “Selain itu, hewan dipandang suci. Hewan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan ibadah agama,” tulis Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins. Sebagian hewan bahkan diasosiasikan dengan dewa-dewa tertentu yang memiliki karakteristik yang sama.

Dalam sejarah Mesir kuno, kucing sangat populer. Dari patung hingga lukisan makam, kucing digambarkan dalam banyak objek menjadi bukti kesakralannya. Bahkan ada catatan bahwa kucing milik bangsawan Mesir kuno dihiasi dengan perhiasan emas yang mewah.

Tapi orang Mesir kuno tidak menyembah kucing. “Yang mereka lakukan adalah mengamati perilaku kucing,” jelas Antonietta Catanzariti, kurator Divine Felines: Cats of Ancient Egypt. Dengan mengamati karakteristik kucing, seperti ketelitian, agresi, atau sifatnya, orang Mesir kuno menciptakan dewa menurut gambar mereka.

Arkeolog percaya bahwa kucing pertama kali didomestikasi sebagai pengendalian hama yang efisien terhadap hama dan ular berbisa. Saat kucing menjadi lebih jinak, popularitas Bastet meningkat secara eksponensial di Mesir kuno.

Dalam sejarah Mesir kuno, Bastet adalah dewi rumah, kesuburan, dan perlindungan. Sang dewi digambarkan berkepala kucing. Bagi orang Mesir kuno, Bastet dapat mendatangkan keberuntungan dan mengusir roh jahat

Memelihara kucing sebagai hewan peliharaan dipercaya memiliki kualitas yang sama. Bastet segera mengilhami apa yang disebut Cult of the Cat yang berpusat di sekitar Bubastis.

Mumi kucing dan ritual rumit dalam sejarah Mesir kuno

Orang Mesir kuno sangat menyukai kucing sehingga mereka akan membuat mumi dan menguburnya dalam ritual yang rumit. Kucing sering dikebumikan dengan manusia mereka, untuk bergabung dengan tuannya di alam baka. “Di sisi lain, kucing juga dianggap sebagai kurban yang cocok untuk para dewa,” tambah Bogaard.

Peziarah mempersembahkan mumi kucing untuk Bastet dengan harapan permohonannya akan dikabulkan. Mumi ini dijual oleh para pendeta di kuil. Mereka juga menyediakan kucing untuk disembelih. (Louvre Museum)

Kebiasaan ini memacu ekonomi yang berkembang di Mesir kuno. Jutaan mumi kucing diciptakan dengan membiakkan dan mengawetkan kucing untuk persiapan persembahan. Museum Nasional Liverpool melaporkan bahwa pada tahun 1890 lebih dari 180.000 mumi kucing dikirim ke Liverpool. Dalam aksi genosida budaya, mumi kucing kemudian dijual untuk dijadikan pupuk.

Dalam konteks budaya ini, memastikan kesejahteraan kucing sangat penting untuk mendapatkan bantuan dewa.

“Jika sebuah rumah terbakar, apa yang terjadi pada kucing-kucing itu sungguh luar biasa,” tulis Herodotus. Orang Mesir tidak repot-repot mencoba memadamkan api. Mereka akan menempatkan diri dengan jarak tertentu di sekitar rumah dan menjaga kucing-kucing.

Mempertimbangkan norma-norma budaya yang berlaku, mencukur alis setelah kematian kucing adalah ekspresi rasa hormat. Hal itu dilakukan untuk memastikan perlindungan Bastet yang berkelanjutan di dalam keluarga.

Bastet, dewi yang dihormati dalam sejarah Mesir kuno

Bastet adalah putri dewa matahari Ra dan merupakan versi Sekhmet singa betina yang damai dan jinak. Bastet sering ditampilkan bersama anak kucing, karena peran utamanya adalah sebagai ibu pelindung. 

Pusat kultus Bastet berada di Bubastis di utara Mesir yang menonjol pada 945-715 Sebelum Masehi. Ketika Herodotus berada di Mesir, dia berkomentar bahwa ratusan ribu peziarah datang ke situs tersebut untuk memberikan penghormatan kepada sang dewi.

Bastet adalah dewi Mesir kuno. Salah satu dewi paling populer di jajaran dewi Mesir. Dia adalah penjaga perapian dan rumah, pelindung rahasia wanita, penjaga dari roh jahat dan penyakit, dan dewi kucing. (CoreyFord)

Peziarah mempersembahkan mumi kucing untuk Bastet dengan harapan permohonannya akan dikabulkan. Mumi ini dijual oleh para pendeta di kuil. Mereka juga menyediakan kucing untuk disembelih.

Memproduksi mumi untuk dipersembahkan kepada Bastet adalah bisnis yang menguntungkan dan jelas bahwa permintaan mungkin melebihi pasokan. Pemindaian pada sejumlah mumi kucing mengidentifikasi isi dan cara kematian hewan tersebut.

Banyak mumi kucing berisi sisa-sisa anak kucing yang sangat muda yang dicekik atau lehernya patah. Mereka dibiakkan untuk disembelih dan dijadikan mumi untuk dijual ke peziarah.

Sejumlah mumi menunjukkan bahwa itu bukanlah sisa-sisa kucing utuh melainkan hanya bagian tertentu dari tubuh.

Praktik penyembelihan hewan muda untuk dijual muminya kepada para peziarah ini jelas merupakan bisnis yang menguntungkan di masa itu.

Setiap budaya memiliki ritual dan kebiasaan yang berbeda-beda dan unik. Termasuk ritual berkabung di Mesir kuno ketika seekor kucing dalam keluarga meninggal.