Kisah Pilu Ahli Waris Aleksander Agung, Jadi Pion dalam Krisis Suksesi

By Sysilia Tanhati, Kamis, 10 Agustus 2023 | 16:00 WIB
Setelah Aleksander Agung meninggal, putranya secara otomatis mengisi kekosongan takhta. Bagaimana nasib sang ahli waris itu? (Sebastiano Conca/Museo del Prado)

Nationalgeographic.co.id—Aleksander IV terlahir sebagai pewaris Kerajaan Makedonia. Setelah Aleksander Agung meninggal, putranya secara otomatis mengisi kekosongan takhta.

Karena masih sangat muda, Aleksander IV memiliki wali penguasa sampai ia dewasa. Namun ternyata, semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Setelah Aleksander Agung meninggal, bagaimana nasib ahli warisnya?

Pada kenyataannya, kerajaan dikendalikan oleh para jenderal Aleksander, yang dikenal sebagai diadochi (penerus). “Para diadochi terpecah menjadi faksi dan memperebutkan kekuasaan,” tulis Mirjana Uzelac di laman The Collector.

Pada 321 Sebelum Masehi, diadochi membagi kekaisaran di antara mereka sendiri. Aleksander IV dibawa ke Makedonia bersama ibunya, di mana dia tetap menjadi pion dalam krisis suksesi.

Aleksander IV menjadi korban perebutan kekuasaan ini sebelum dia mencapai usia dewasa.

Krisis dimulai setelah Aleksander Agung meninggal

Kisah dramatis Aleksander IV dimulai sebelum kelahirannya, dengan kematian ayahnya pada bulan Juni 323 Sebelum Masehi. Aleksander Agung meninggal di Babilonia pada saat politik yang genting.

Kerajaannya yang luas tidak sepenuhnya stabil. Wilayah yang baru ditaklukkan harus diatur dan dikendalikan, sebuah tugas yang tidak mudah dilakukan oleh satu orang.

Lebih buruk lagi, Aleksander meninggal tanpa ahli waris, setidaknya pewaris yang jelas. Menurut Diodorus, Aleksander mengungkapkan keinginannya untuk penerus di ranjang kematiannya.

Sang penakluk mengatakan bahwa dia ingin meninggalkan kekaisaran "kepada yang terkuat" (toi kratistoi).

Ada ambiguitas tentang dugaan kata-kata terakhir ini. Interpretasi lain adalah bahwa Aleksander mengatakan "to Craterus", salah satu jenderalnya yang tidak hadir di Babilonia.

Sebelum meninggal, Aleksander memberikan cincin stempelnya kepada Perdiccas, komandan kavaleri.