Draco, Legislator Pertama di Sejarah Yunani yang Kontroversial

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 16 Agustus 2023 | 08:00 WIB
Draco adalah legislator pertama dalam sejarah Yunani. Draco memainkan peran penting dalam membentuk lanskap hukum dan politik kota. (Historyskills)

Kode Draconian adalah kode hukum tertulis pertama di Athena kuno. Dinamai sesuai nama penulisnya Draco, kode hukum ini dibuat sekitar 621 SM. 

Sebelum pembentukan kode ini, undang-undang diturunkan secara lisan, membuatnya rentan terhadap interpretasi dan penegakan yang sewenang-wenang.

Kode Draco bertujuan untuk menyediakan seperangkat hukum standar dan transparan yang dapat diakses oleh semua warga negara, terlepas dari status sosial mereka. Langkah terobosan ini untuk memastikan keadilan dan kejujuran dalam masyarakat Athena. 

Aspek yang paling mencolok dari Kode Draconian adalah tingkat keparahannya. Undang-undang menetapkan hukuman yang sangat keras bahkan untuk pelanggaran ringan, sehingga memunculkan istilah "kejam" untuk menggambarkan hukuman apa pun yang terlalu berat atau kejam.

Misalnya, sebagian besar kejahatan, termasuk pencurian, dapat dihukum mati, terlepas dari nilai barang yang dicuri. Pendekatan hukuman yang ketat ini didasarkan pada keyakinan bahwa hal itu akan menghalangi penjahat potensial dan menjaga ketertiban sosial.

Seberapa Keraskah Hukum Draco?

Hukuman brutal yang ditentukan oleh Kode Draconian adalah salah satu hal yang paling membedakan. Pendekatan hukuman Draco berat dan tak kenal ampun, dengan kematian menjadi hukuman yang paling umum untuk berbagai macam pelanggaran.

Pendekatan ekstrem ini mencerminkan keyakinan bahwa hukuman yang keras akan menghalangi potensi penjahat dan menjaga tatanan sosial. Beberapa contoh hukuman brutal ini meliputi:

Dalam Kode Draconian, pencurian dapat dihukum mati, terlepas dari nilai barang yang dicuri. Hal ini adalah penyimpangan yang signifikan dari kode hukum kuno lainnya, yang sering menetapkan hukuman yang lebih proporsional berdasarkan beratnya kejahatan. 

Tidak hanya kejahatan berat yang dapat dihukum mati, bahkan pelanggaran ringan seperti mencuri kubis atau bermalas-malasan dapat mengakibatkan nasib yang sama.

Pendekatan hukuman ini dianggap terlalu keras bahkan menurut standar waktu itu.

Jika seorang debitur tidak dapat membayar utangnya, mereka dapat dijual sebagai budak, dengan tenaga kerja mereka digunakan untuk membayar kembali jumlah utangnya.