Nationalgeographic.co.id—Di masa lalu, rambut adalah simbol penting dalam aspek budaya di Kekaisaran Jepang. Khususnya bagi seorang samurai. Samurai memiliki model rambut tradisional yang disebut chonmage.
Samurai yang memiliki model rambut ini, bagian depan kepalanya dicukur hingga botak. Lalu rambut di bagian belakang diolesi minyak. Rambut tersebut dikuncir dan diikat sedemikian rupa di bagian belakang kepala.
Awalnya, model rambut ini muncul di kalangan samurai untuk tujuan kenyamanan semata. Seiring dengan berjalannya waktu, chonmage menjadi simbol kebanggaan seorang samurai di Kekaisaran Jepang.
Kapan model rambut samurai muncul?
Di masa lalu, pria Jepang memakai penutup kepala kanmuri atau eboshi sebagai simbol status. Saat mengenakan penutup kepala itu, mereka mengikat rambut dan menyelipkannya. Praktik ini dikenal dengan sebutan sakayaki.
“Itulah asal muasal mage (jambul),” tulis Profesor Shigeo Negishi di laman Kokugakuin Media. Hal itu dilakukan sebelum mengenakan penutup kepala.
Di abad pertengahan, samurai yang bertempur harus mengenakan pakaian pelindung yang berat. Selain itu, pelindung kepala juga menjadi atribut penting dalam berperang, terutama ketika penggunaan senjata api makin marak.
Keberadaan mage tentu akan menambah ketidaknyamanan saat menggunakan pelindung kepala. Maka, ikatan itu pun dilepas sehingga mereka bisa mengenakan kabuto (pelindung kepala) dengan nyaman.
Selain itu, samurai juga menghilangkan rambut dari bagian depan atas kepala mereka. “Tujuannya agar kepala mereka tetap dingin dan nyaman saat mengenakan pelindung kepala,” tambah Negishi.
Sebelum mencukurnya, samurai awal mengumpulkan rambut mereka dan memasukkannya ke dalam tehen, lubang di bagian atas kabuto. Tujuannya adalah untuk menahan pelindung kepala itu agar selalu berada di tempatnya.
Pada masyarakat modern awal, orang awam mengikuti versi modifikasi dari sakayaki. Mereka mencukur bagian depan atas kepala sambil melipat sanggul rambut ke depan. Kemudian meletakkan sanggul itu di bagian atas tengah kepala. Mereka menyebut gaya rambut itu sebagai chonmage.
Di paruh kedua abad pertengahan, kanmuri dan eboshi tidak lagi digunakan oleh masyarakat. Pelindung kepala itu hanya muncul selama ritual dan upacara oleh bangsawan istana, prajurit, dan pendeta di Kekaisaran Jepang.