Bukan Sekadar Awet, Inilah Tujuan Mumifikasi dalam Sejarah Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 29 Agustus 2023 | 09:00 WIB
Proses mumifikasi dalam sejarah Mesir kuno memerlukan proses yang panjang. (Historyskills)

Nationalgeographic.co.idMesir Kuno terkenal dengan praktik penguburannya yang rumit, dan salah satu yang paling terkenal adalah mumifikasi.

Proses ini menyangkut pelestarian tubuh seseorang agar dapat digunakan di akhirat dalam sejarah Mesir kuno.

Mumifikasi dalam sejarah Mesir kuno telah membuat orang terpesona selama berabad-abad. Orang Mesir kuno mampu mengawetkan jenazah selama ribuan tahun, dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan kita mempelajari lebih lanjut tentang metode mereka. Tapi, bagaimana sebenarnya mereka membuat mumi? Berikut langkah-langkahnya.

Siapkan Tubuh

Proses mumifikasi biasanya dilakukan di bengkel khusus dekat makam atau di kuil. Para pembalsem akan mulai dengan membasuh jenazah dengan air dari Sungai Nil. Sungai ini dianggap suci oleh orang Mesir, sehingga proses pencuciannya mungkin ada unsur keagamaan di dalamnya.

Selain itu, membasuh tubuh dengan air dilakukan untuk menghilangkan segala kotoran atau kotoran yang ada di dalam tubuh.

Pengangkatan Organ

Langkah pertama dalam mumifikasi adalah mengeluarkan organ dalam dari tubuh. Hal ini dilakukan melalui sayatan kecil di sisi kiri perut.

Organ-organ tersebut kemudian ditempatkan dalam toples kanopi, yang dihias dengan kepala keempat putra Horus, yang dipercaya dapat melindungi organ tersebut.

Paru-parunya ditempatkan di dalam toples dengan kepala dewa berkepala serigala, Duamutef; perut di dalam toples dengan kepala dewa berkepala manusia, Imsety; usus di dalam toples dengan kepala dewa berkepala babon, Hapy; dan hati di dalam toples dengan kepala dewa berkepala elang, Qebehsenuef.

Mengeluarkan Otak

Selama proses mumifikasi di Mesir kuno, pembalsem mengeluarkan otak dari tengkorak orang yang meninggal. Otak dianggap tidak begitu penting di akhirat dan dibuang.

Untuk mengeluarkannya tanpa merusak tubuh, pembalsem membuat sayatan kecil di dasar tengkorak, dekat bagian belakang kepala. Mereka kemudian menggunakan alat panjang seperti kait yang terbuat dari perunggu atau besi untuk menembus tulang dan mencapai otak. Alat itu kemudian digunakan untuk memecah otak dan mengeluarkannya melalui hidung.

Perlu dicatat bahwa pengangkatan otak tidak selalu berhasil, dan terkadang ada bagian otak yang tertinggal.

Hal ini tidak dianggap sebagai masalah besar, karena orang Mesir kuno percaya bahwa jantung adalah organ terpenting, dan merupakan satu-satunya organ yang tersisa di dalam tubuh selama mumifikasi.

Setelah organ dalam diangkat, rongga tubuh akan diisi dengan berbagai macam bahan, seperti linen, serbuk gergaji, atau perban yang direndam dalam resin.

Langkah ini membantu memulihkan bentuk alami tubuh, yang mungkin terdistorsi selama pengangkatan organ dalam.

Selain itu, bahan yang digunakan untuk isian membantu mengeringkan sisa kelembapan di dalam tubuh, mencegah pembusukan dan mengawetkan mumi.

Dehidrasi dengan Natron

Tubuh kemudian didehidrasi menggunakan natron, garam alami yang banyak ditemukan di Mesir. Ditutupi natron selama jangka waktu 40 hari, selama waktu itu garam menyerap semua kelembapan dari tubuh. Proses ini mencegah tubuh membusuk dan membantu mengawetkannya untuk akhirat.

Pembalseman

Setelah tubuh mengalami dehidrasi, tiba waktunya untuk pembalseman. Hal ini melibatkan pengaplikasian berbagai minyak, resin, dan balsem pada tubuh untuk membantu mengawetkannya.

Para pembalsem akan memijat tubuh dengan zat-zat ini dan kemudian membalutnya dengan perban linen.

Mereka juga akan menempatkan jimat, seperti ankh, simbol kehidupan, dan ushabti, patung kecil yang diyakini berfungsi sebagai pelayan firaun di akhirat, di dalam lapisan perban.

Lakukan Upacara 'Pembukaan Mulut'

Langkah terakhir dalam proses mumifikasi adalah upacara Pembukaan Mulut. Ritual ini dilakukan untuk memastikan roh firaun dapat menggunakan inderanya di akhirat.

Selama upacara, pembalsem akan menggunakan alat khusus untuk menyentuh mulut dan mata mumi, yang secara simbolis membukanya. Jiwa firaun diyakini dapat menggunakan indranya setelah hal ini dilakukan.

Persiapan Akhir

Setelah proses mumifikasi selesai, firaun pun bersiap untuk perjalanannya menuju akhirat. Jenazah ditempatkan di sarkofagus dan dimakamkan di sebuah makam.

Makam itu dipenuhi dengan semua barang milik firaun, termasuk makanan, pakaian, dan Kitab Orang Mati, kumpulan mantra dan mantera yang akan membimbing roh firaun melewati akhirat.

Makam firaun juga dihiasi dengan dekorasi dan patung dewa, antara lain Anubis, dewa mumifikasi, dan Osiris, dewa akhirat.

Apa Gunanya Mumifikasi?

Orang Mesir kuno percaya akan kehidupan setelah kematian dan percaya bahwa proses mumifikasi diperlukan untuk memastikan bahwa jiwa dapat melakukan perjalanan ke akhirat dan memiliki kehidupan yang nyaman di sana.

Mereka percaya bahwa jiwa membutuhkan tubuh untuk mengenalinya di akhirat, sehingga tubuh harus dilestarikan. Proses mumifikasi itu mahal dan memakan waktu, dan biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang kaya dan elit dalam masyarakat.

Jenazah mumi ditempatkan di kuburan bersama dengan benda-benda berharga, seperti perhiasan, makanan, dan perabotan untuk bekal mendiang di akhirat.

Siapa yang Melakukan Proses Mumifikasi?

Proses mumifikasi adalah prosedur yang rumit dan memakan waktu serta memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Proses ini sebenarnya biasanya dilakukan oleh sekelompok individu terampil yang dikenal sebagai pembalsem.

Para pembalsem adalah anggota masyarakat yang sangat dihormati dan harus menjalani pelatihan bertahun-tahun untuk menguasai teknik mumifikasi.

Mereka biasanya adalah pendeta yang bekerja di kuil dan bertanggung jawab merawat orang yang meninggal.

Mereka harus mengikuti praktik keagamaan dan ritual yang ketat selama proses mumifikasi. Tujuannya, untuk memastikan bahwa jiwa orang yang meninggal dapat melakukan perjalanan melalui kehidupan setelah kematian dengan sukses.