Konservasi hutan mangrove
Secara global, deforestasi dan konversi hutan mangrove terbukti menyumbang sekitar 10% dari total emisi global. Hal tersebut akibat deforestasi hutan tropis, meskipun hutan mangrove hanya menyumbang sekitar 0,7% dari hutan tropis di seluruh dunia.
Hilangnya karbon dari konversi mangrove, bisa jadi tinggi bukan hanya karena hilangnya karbon di atas permukaan tanah namun juga di bawah permukaan tanah.
Pada tahun 1980, terdapat 4,2 hektar hutan mangrove di sepanjang 95.000 km garis pantai Indonesia. Namun, hanya dalam waktu 20 tahun, tutupan hutan mangrove telah menurun sekitar 26%.
Jumlah tutupan mangrove menjadi sekitar 3,1 juta hektar Pada tahun 2005. Sementara, tutupan hutan mangrove semakin berkurang menjadi 2,9 juta hektar.
Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), secara kumulatif Indonesia telah kehilangan 30% hutan mangrove antara tahun 1980 dan 2005. Jumlah ini setara dengan laju deforestasi tahunan sebesar 1,24%.
Perkiraan terkini mengenai Indonesia adalah, tutupan hutan mangrove menunjukkan hilangnya total 40% dalam tiga dekade terakhir.
Dari semua itu, pengembangan budidaya perikanan merupakan penyebab utama. Setelah berkembang pesat pada tahun 1997–2005, budidaya perikanan menghasilkan luas kolam aktif yang tercatat secara resmi sekitar 0,65 juta hektar.
Dilaporkan juga bahwa pendapatan dari ekspor udang mendekati US$ 1,5 miliar pada tahun 2013. Hampir 40% dari total pendapatan berasal dari sektor perikanan Indonesia.
Karena sebagian besar negara tidak memiliki informasi yang cukup untuk memasukkan mangrove ke dalam pelaporan nasional mereka ke PBB, maka penting untuk menghasilkan data spesifik negara atau wilayah mengenai stok karbon dan faktor emisi dari berbagai aktivitas penggunaan lahan di mangrove.
Dalam Komunikasi Nasional terbaru11 pada Kerangka Kerja PBB, Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC), Indonesia tidak secara khusus memasukkan mangrove, karena Pedoman IPCC untuk inventarisasi gas rumah kaca (GRK) lahan basah baru tersedia pada tahun 2013.
IPCC adalah Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim. Organisasi antar pemerintah ini terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia untuk memajukan pengetahuan tentang perubahan iklim akibat aktivitas manusia.