Jenis anggur tertentu, seperti passum, sejenis anggur manis, mungkin dapat diterima dalam batasan ketat parameter minuman berdasarkan gender.
Wanita dikenal aktif minum di festival Bona Dea (“Dewi Baik”). Dalam festival keagamaan khusus wanita tersebut, anggur secara seremonial dipersembahkan kepada dewi. Selain itu juga bisa dikonsumsi oleh wanita dalam perayaan ritual ini.
Namun bahkan di fesvital ini, meminum anggur dilakukan secara terselubung. Anggur selalu digambarkan sebagai “susu” dan dibawa dalam “pot madu”.
Bahkan dewi Romawi juga tidak dapat lepas dari konsekuensi brutal karena mabuk. Dalam mitologi Romawi, Bona Dea dipukuli sampai mati oleh Dewa Faunus karena konsumsi anggurnya yang berlebihan.
Minuman yang dapat diterima secara sosial
Pengetahuan tentang praktik minum perempuan pada periode awal Romawi berasal dari sumber-sumber yang disusun berabad-abad kemudian. Para penulis pria ini dipengaruhi oleh mitologi dan sering mengaitkannya dengan tindakan perempuan di zamannya.
Di masa lalu, kebiasaan minum alkohol menimbulkan konsekuensi yang mengerikan. Para penulis kuno di Kekaisaran Romawi menekankan korelasi antara tindakan minum minuman keras dan perilaku sosial yang diharapkan dari perempuan.
Pada masa peralihan dari Republik ke Kekaisaran Romawi, sudah menjadi kebiasaan bagi wanita untuk minum anggur. Saat itu, perjamuan atau pesta makan malam sangat populer dan diapresiasi. Partisipasi perempuan dalam praktik ini menandakan penerimaan sosial di Kekaisaran Romawi terhadap kebiasaan minum mereka.
Maka seiring dengan berjalannya waktu, aturan soal wanita yang minum anggur di Kekaisaran Romawi pun mengalami perubahan.