Benteng Pertahanan Terumbu Karang di Tengah Tantangan Perubahan Iklim

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Kamis, 14 September 2023 | 10:10 WIB
Kawasan wisata menopang masyarakat pesisir, sekaligus surga bagi pecinta terumbu karang (Magul)

Nationalgeographic.co.id - Senja hari menjelang matahari terbenam memang waktu yang tepat untuk menikmati terbenamnya matahari di pesisir pantai berpasir putih dengan air sebening kristal. Tak heran jika dinamakan Crystal bay, kondisi air laut pantai di kawasan Pulau Nusa Penida ini memang sangat bening dan menjadi lokasi pilihan untuk snorkeling dan diving.

Kawasan pesisir ini menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan warna-warni maupun binatang laut lainnya. Terumbu karang di Nusa Penida khususnya di Crystal Bay mampu beradaptasi dengan baik dan dinyatakan tergolong sehat.

Pada periode tahun 2011 hingga 2018 sudah dilakukan kegiatan monitoring Marine Rapid Assessment Program (MRAP) di provinsi Bali tepatnya di Nusa Penida. Kegiatan ini dilakukan beberapa intansi yang terdiri dari Balai Riset dan Observasi Laut, Universitas, LSM, dan pecinta lingkungan dengan menggunakan metode sensus visual menggunakan kamera bawah air.

Sejak 2011 hingga 2018 sebuah alat pengukur suhu diletakkan di salah satu karang jenis Acropora sp pada kedalaman delapan meter. Data menunjukkan rata-rata suhu berkisar 21,19 hingga 29,78 derajat celsius. Kondisi ini menunjukkan ekosistem terumbu karang dapat hidup dan tumbuh dengan sehat pada kawasan pesisir ini.

Namun dipertengahan tahun 2018 didapati karang jenis Acropora sp tempat diletakkan alat pengukur suhu telah didominasi terumbu karang lunak jenis Xenia sp hingga 80 persen dan 20 persennya diinvasi terumbu karang jenis Montipora sp. Kesehatan terumbu karang semakin terancam, ketika dijumpai beberapa koloni karang mati yang ditutupi Cyanobacteria, hal ini mengindikasikan telah terserang penyakit. Belum secara jelas dipastikan apakah kondisi ini dikarenakan perubahan iklim atau hal lain.

Terumbu karang di perairan Bali termasuk dalam pusat segitiga karang atau Coral Triangle Center. Mata dunia tentunya tertuju pada keanekaragaman hayati terumbu karang di kawasan pesisir ini. Kementerian Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali dalam risetnya menyatakan bahwa pada dekade belakangan ini kesehatan ekosistem laut di kawasan pesisir Bali mengalami penurunan.

Dapat dikatakan terumbu karang termasuk ekosistem paling rentan di dunia. Pasalnya banyak faktor pencetus yang dapat memengaruhi kesehatannya. Di antaranya adalah perubahan iklim, pemutihan karang, sedimentasi, predator, spesies invasif, praktik penangkapan ikan yang merusak, polusi plastik, dan pembangunan kawasan pesisir yang tidak memiliki analisa dampak lingkungan.

Hasil penelusuran studi yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan, beberapa universitas di Bali, dan Bournemouth University Inggris menyebutkan bahwa berdasarkan komparasi studi penelitian dengan negara lain, maka kondisi ekosistem terumbu karang di Bali selayaknya dapat dilakukan upaya konservasi.

Prakarsa Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan atau The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) adalah kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2009 oleh enam negara di Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, Timor-Leste, termasuk Indonesia. Dalam kesepakatan tersebut, keenam negara ini berkomitmen untuk bersama-sama mengatasi ancaman terhadap sumber daya pesisir dan laut di kawasan Segitiga Karang seluas 2,3 juta mil persegi dan meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) masing-masing negara.

Studi kolaborasi Indonesia dan Inggris merekomendasikan upaya konservasi terumbu karang dan ekosistem laut di Indonesia. Dalam studi tersebut digarisbawahi bahwa Marine Protected Area (MPA) memiliki peran penting dalam memulihkan ekosistem laut. Senada dengan hal tersebut, studi yang dilakukan Universitas Pertahanan Republik Indonesia menyatakan MPA membantu mempertahankan populasi spesies yang rentan atau terancam punah, serta memelihara keanekaragaman hayati di dalamnya.

Area konservasi dalam MPA ditetapkan secara hukum dan dikelola untuk tujuan melindungi keanekaragaman hayati, habitat, ekosistem, serta ekologi laut secara keseluruhan. Implementasi MPA memiliki tantangan besar termasuk perubahan iklim yang tidak dapat dipandang secara terpisah. Terumbu karang sangat rentan terhadap peningkatan suhu.

MPA seluas 20.057 hektar mengelilingi gugusan pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di lepas pantai tenggara Bali. Kawasan pesisir ini merupakan rumah bagi 296 terumbu karang dan 576 spesies ikan karang. Bisa dikatakan pesisir ini menjadi salah satu tempat terbaik di dunia untuk berenang bersama pari manta.