Nationalgeographic.co.id—Dulu ketika Kota Athena kuno belum memiliki nama, para dewa mitologi Yunani saling berlomba untuk menguasainya. Mereka adalah Poseidon dan Athena. Kompetisi legendaris antara Athena dan Poseidon itu menjadi kisah populer tentang asal-usul nama Kota Athena.
Athena dan Poseidon dalam mitologi Yunani
Athena adalah dewi kebijaksanaan dan perang dalam mitologi Yunani. Ayahnya adalah Zeus dan ibunya adalah bidadari Metis. Meskipun Zeus takut jika putrinya akan menentang pemerintahannya, Athena rupanya tidak begitu tertarik untuk menjadi penguasa Olympus. Pada akhirnya Athena menjadi putri kesayangan Zeus.
Dalam Mitologi Yunani, Athena sering muncul sebagai penolong para pahlawan seperti Jason, Perseus, dan Hercules.
Berbeda dengan Athena, Poseidon merupakan saudara Zeus. Dewa mitologi Yunani ini merupakan salah satu keturunan Cronus dan Rhea. Keduanya adalah raja dan ratu Titan sebelum 12 dewa Olympus berkuasa.
“Poseidon adalah salah satu dewa Yunani yang paling dihormati,” tulis Antonis Chaliakopoulos di laman The Collector. Orang Yunani kuno mengandalkan laut untuk melakukan perjalanan dan berdagang. Maka tidak heran jika Poseidon sangat dihormati di masa lalu.
Aspek penting lainnya dari Poseidon adalah kekuatannya yang menakjubkan. Sama seperti Zeus yang bisa menghasilkan petir, Poseidon dipandang sebagai penyebab terjadinya gempa bumi. Gempa bumi sangat umum terjadi dan kerap membawa bencana di Mediterania timur.
Poseidon juga tampaknya mendahului dewa-dewa Yunani lainnya. Pemujaannya telah ada sejak akhir Zaman Perunggu dan Myceneans. Simbol utamanya adalah trisula, kuda, lumba-lumba, dan banteng.
Pemerintahan Cecrops
Kisah kompetisi Athena dan Poseidon adalah salah satu mitos pendirian Kota Athena. Saat pertama berdiri, raja pertama Athena kuno adalah Cecrops. Ia adalah pria yang sangat menarik dan penting bagi orang Athena kuno.
Ada kepercayaan umum di antara orang-orang Yunani kuno jika orang-orang tertentu merupakan autochthones. Autochthones adalah sebutan bagi mereka yang dilahirkan langsung dari bumi. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang mempunyai hak alami atas suatu tanah tertentu. Banyak negara kota di Yunani kuno yang menyombongkan diri bahwa nenek moyang mereka adalah penduduk asli.
Cecrops adalah salah satu dari kasus ini. Dia adalah seorang raja legendaris dengan wujud setengah ular dan setengah manusia. Jika hal ini tampak aneh bagi orang modern, hal ini tampaknya dianggap lazim di masa itu.
Saat ular merayap, mereka dipandang sebagai makhluk yang lebih dekat ke bumi. Fakta bahwa Cecrops adalah setengah ular menunjukkan bahwa ia terkait erat dengan tanah tempat Athena kuno dibangun.
Cecrops adalah penguasa yang luar biasa. Pemerintahannya mengantarkan zaman keemasan yang begitu mengesankan. “Bahkan para dewa pun menyadari kehebatan kotanya,” tambah Chaliakopoulos.
Menurut Apollodorus, raja menamai Kota Cecropia sesuai dengan namanya sendiri, sedangkan nama sebelumnya adalah Acte. Meski demikian, kota tersebut belum secara resmi mendapat perlindungan dewa. Jadi, namanya masih bisa berubah. Inilah yang menjadi pendorong bagi Athena dan Poseidon saling berebut untuk menguasai kota.
Athena dan Poseidon mengeklaim Kota Cecrops
Dua dewa yang menunjukkan ketertarikan pada Kota Cecrops adalah Athena dan Poseidon. Keduanya percaya bahwa mereka mempunyai hak untuk menjadikan kota itu di bawah perlindungan mereka. Baik Athena maupun Poseidon ingin menamai kota tersebut dengan nama mereka sendiri dan mengeklaim kejayaannya.
Tekad keduanya begitu besar. Hal itu membuat Zeus takut jika perselisihan mereka akan berujung pada pertarungan antar dewa. “Zeus pun memutuskan untuk campur tangan,” kata Chaliakopoulos.
Solusi yang ditawarkan raja para dewa itu adalah kompetisi antara Athena dan Poseidon. Cecrops ditunjuk sebagai juri. Penulis kuno lain mengatakan 12 dewa Olympus atau Zeus sendiri yang menjadi jurinya. Hadiahnya adalah kekuasaan atas Kota Athena.
Kompetisi dimulai
Athena dan Poseidon bertemu di bukit suci Acropolis. Zeus, para dewa Olympus, dan penduduk Athena berkumpul untuk menyaksikan pertandingan tersebut.
Poseidon bergerak lebih dulu. Dengan satu gerakan cepat, dia menghantamkan trisulanya ke tanah. Bumi berguncang dan laut bawah tanah tercipta. Air muncul dari lubang di tanah dan ini adalah hadiah Poseidon kepada masyarakat Athena.
Namun, anugerah dewa laut adalah air laut yang tidak ada gunanya bagi Athena kuno. Pasalnya, kota itu memiliki akses ke banyak sungai dan dekat dengan laut. Alhasil, pemberian Poseidon disambut dengan antusiasme yang biasa saja.
Selanjutnya adalah giliran Athena. Sang dewi berlutut dan menanam sesuatu di tanah. Semua orang menahan napas. Dalam beberapa saat, sebatang pohon dewasa tumbuh dari tanah. Sebatang pohon zaitun tumbuh dan itu adalah hadiah dari dewi kebijaksanaan.
Pohon pemberian Dewi Athena merupakan sumber kayu berkualitas tinggi. Sedangkah buahnya mengandung nutrisi dan dapat digunakan untuk membuat minyak zaitun yang memiliki banyak kegunaan.
Bakat Athena sungguh luar biasa. Tanpa ragu, Cecrops menyatakan Athena sebagai pemenang kompetisi. Dan dewi kebijaksanaan memberikan namanya pada kota tersebut, yang kemudian disebut Athena.
Alih-alih menerima kekalahannya dengan bermartabat, Poseidon malah terbukti menjadi pecundang. Menurut Apollodorus, “Poseidon dalam kemarahan yang membara membanjiri dataran Thriasian. Ia menenggelamkan Attika di bawah laut.”
Kompetisi antara Athena dan Poseidon dalam mitologi Yunani dikenang oleh orang Yunani sebagai asal-usul dari nama Kota Athena.