Di Indonesia terdapat lima jenis pohon mangrove yang dapat ditemui. Beberapa di antaranya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber pangan.
Dengan demikian, pohon mangrove tidak hanya berperan sebagia penyerap dan penyimpan karbon, tetapi juga sumber gizi nabati sebagai pangan masyarakat.
Selain itu, pemerintah pun menyadari bahwa mangrove merupakan rumah bagi ekosistem pesisir ragam ikan dan krustasea (kepiting dan udang). Sehingga, mangrove menjadi hal yang perlu disorot untuk kelestarian ekosistem, dan bermanfaat bagi perikanan masyarakat.
Rehabilitasi mangrove di Indonesia sebenarnya sudah berlangsung sejak 1990-an. Sekretaris Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Ayu Dewi Utari pernah terlibat upaya rehabilitasi tersebut. Dia melihat kesadaran dan upaya mangrove hari dewasa ini berkembang pesat, sampai ke tingkat masyarakat awam yang jauh dari lingkungan mangrove itu sendiri.
Pada masa sebelumnya, BRGM aktif untuk menjadikan hutan mangrove sebagai kawasan konservasi.
Akan tetapi, mereka juga memperhitungkan bahwa hutan mangrove bagi masyarakat sekitarnya sudah begitu dekat, dan dimanfaatkan.
Pemanfaatan membuat mangrove sering rusak, tetapi tidak bisa begitu saja melarang masyarakat untuk memanfaatkan.
"Sehingga, rehabilitasi mangrove tidak cuma menanam, tetapi juga mendorong masyarakat dan regulasi," ungkap Ayu. "Rehabilitasi mangrove tidak berhenti pada penanaman, tetapi terus berlanjut karena waktu pertumbuhannya yang lama. Maka dalam rehabilitasi harus ada pengawasan yang juga melibatkan masyarakat."
Manfaat yang berdampak dari mangrove adalah mencegah abrasi pesisr. Ayu memberi contoh, di Desa Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah yang sangat bergantung pada mangrove sebagai upaya mencegah desanya tidak terendam air laut.
Hanya saja, masalah ekologi kita masih belum rampung dengan masalah sampah. Ayu mengatakan bahwa mangrove sangat mudah untuk mati, terutama jika keadaan sekitarnya tercemar sampah plastik. Oleh karena itu, tata kelola karbon biru dengan mangrove juga harus mempertimbangkan masyarakat dan pendampingan untuk pelestariannya.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.