'The History of Java' Mengenang Muramnya Sejarah Candi Dieng

By Galih Pranata, Rabu, 20 September 2023 | 09:00 WIB
Salah satu warisan tentang kondisi sebuah candi dalam sejarah Candi Dieng yang muram karena sejumlah kerusakan dan kehilangan. (Thomas Stamford Raffles/The History of Java)

Nationalgeographic.co.id— Dalam hidupnya, Sir Thomas Stamford Raffles pernah mencatat pengalaman bersejarahnya, ketika ia singgah dan menjadi penguasa dalam waktu singkat di tanah Jawa.

Ia menemukan banyak hal di Jawa, termasuk ketakjubannya pada kondisi alam dan budaya kuno masyarakatnya. Terlebih lagi, bagi Raffles, tanah Jawa banyak menyimpan rahasia dari masa lalu.

Rasa keingintahuannya, mendorong langkah Raffles untuk menelusuri lebih jauh dan lebih dalam lagi demi menemukan banyak hal yang tersembunyi. Hal yang belum pernah ia temukan sebelumnya.

Meski Raffles memahami kepercayaan umum yang berkembang pada masanya (1814-1815) yang didominasi oleh agama Islam dan beberapa Nasrani, namun ia menemukan banyak peninggalan benda kuno yang berasal dari budaya dan kepercayaan lain: Hinduisme dan Buddhisme.

Beberapa benda kuno dan bersejarah yang datang dari masa lampau, telah memunculkan teka-teki sekaligus bukti, tentang kedigdayaannya pada era pra-Islamisme di Jawa. Agama Hindu dan Buddha dikenal sebagai ajaran populer yang dianut oleh beberapa masyarakat kelas elit hingga para raja-raja Jawa di masanya.

Hikayat yang ditulis dalam bukunya The History of Java (1817), Raffles menyebut bahwa benda-benda kuno yang ditemukan Raffles di beberapa wilayah Jawa telah membuktikan kepercayaan Hindu atau Buddha yang mengakar kuat sebelum era munculnya Islam.

Meski banyak di antara artefak Hindu dan Buddha di banyak daerah di Jawa ditemukan tertimbun atau tak terawat, kondisi relief hingga bentuknya masih sangat baik. Gambaran dewa-dewi dalam ornamen dan relief pada candi, menyiratkan kualitas karya dan material yang tepat dan mengesankan.

Benda-benda kuno yang ditemukan di Jawa, masih cukup kuat dan berkualitas. Bentuk aslinya masih terlihat, meskipun sudah ratusan tahun lamanya sebelum kedatangan bangsa Eropa atau kedatangan Raffles ke Jawa sekalipun.

Akibat kondisi geografis Jawa yang kerap tak stabil, membuat banyak kerusakan candi dan arca, meski banyak pula yang masih bertahan dengan bentuk aslinya. Banyaknya benda-benda kuno yang tersebar dan menimbulkan ketertarikan dari sejumlah masyarakat untuk mengunjungi kembali.

Lebih-lebih lagi, kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda—yang berkuasa sebelum Raffles berkuasa atas Jawa—melarang bangsa asing dalam melakukan misi pencarian, selera, dan peneliatian, telah "menciptakan hak eksklusif untuk memuaskan hasrat pemerintah kolonial dalam menemukan benda-benda kuno yang langka dan bernilai tinggi," tulis Raffles dalam bukunya.

Mereka pun menemukan banyak potongan relief, batuan candi, arca, hingga mata uang logam kuno yang bernilai tinggi jika dijual atau dilelang ke Eropa. Semuanya seolah menjadi kebiasaan juga bagi masyarakat yang hidup di kawasan sekitar Candi, sebut saja Candi Dieng.

Candi Arjuna di Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)