Kisah Hojo Tokimune Memimpin Kekaisaran Jepang Melawan Invasi Mongol

By Sysilia Tanhati, Jumat, 22 September 2023 | 18:52 WIB
Saat Mongol berencana untuk menaklukkan Kekaisaran Jepang, para samurai maju dan berjuang. Salah satu yang terkenal adalah Hojo Tokimune. (Takezaki Suenaga )

Nationalgeographic.co.id—Penaklukan dilakukan untuk menguasai wilayah, menguasai sumber daya, dan kejayaan. Di masa lalu, bangsa Mongol termasuk salah satu bangsa yang gencar melakukan invasi. Setelah menguasai Kekaisaran Tiongkok, Mongol mengalihkan fokusnya ke Kekaisaran Jepang.

Saat itu, Kekaisaran Jepang dengan segala upayanya berusaha untuk mencegah invasi Mongol. Untungnya, Mongol tidak berhasil menguasai Negeri Matahari Terbit itu. Semua ini berkat pejuang-pejuang gagah yang dengan berani melawan bangsa Mongol. Salah satunya adalah Hojo Tokimune yang memimpin pasukan Jepang melawan Mongol.

Asal-usul Hojo Tokimune, pemimpin pemberani dari Kekaisaran Jepang

Lahir pada tanggal 5 Juni 1251, Hojo Tokimune adalah anggota Klan Hojo. Ia juga merupakan shikken kedelapan dari Keshogunan Kamakura. Keshogunan Kamakura memerintah Kekaisaran Jepang dari tahun 1268 hingga tahun 1284.

Hojo Tokimune mendapatkan ketenaran karena memimpin pasukan Kekaisaran Jepang melawan invasi bangsa Mongol pada masanya.

Sebagai putra tertua Tokiyori, bupati dan tokuso Keluarga Adachi, Hojo Tokimune dilahirkan dengan banyak tanggung jawab.

Sejak lahir, Tokimune dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi tokuso dan menjadi penguasa Kekaisaran Jepang berikutnya.

Pada usia 18 tahun, Tokimune akhirnya menjadi shikken kedelapan. Alih-alih mengurus kota, dia ditugaskan untuk mengawasi wilayah tertentu di Kekaisaran Jepang.

Mongol mengirim utusan ke Kekaisaran Jepang untuk memberikan ancaman

Pada bulan Januari 1268, utusan bangsa Mongol datang ke Kekaisaran Jepang dengan membawa surat ancaman.

Setelah diskusi panjang, Tokimune memutuskan untuk mengirim utusan kembali ke Mongol, namun tidak mendapat jawaban.

Hal ini tidak membuat bangsa Mongol patah semangat sedikit pun. Mereka terus-menerus dan tanpa henti mengirimkan lebih banyak utusan ke Negeri Matahari Terbit itu berkali-kali. Semua utusan membawa pesan-pesan yang berisi ancaman.