Nationalgeographic.co.id - Pekerjaan di Romawi kuno sangat beragam. Mulai dari pencabut bulu ketiak hingga badut di pemakaman. Dalam catatan sejarah Romawi kuno, profesi unik ini sering kali lahir dari norma-norma budaya, praktik keagamaan, atau bahkan keinginan pribadi para elite.
Mungkin tampak aneh di zaman modern, tetapi dalam konteks kehidupan Romawi, peran tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat praktis dan sangat simbolis. Lalu, apa saja profesi unik dalam sejarah Romawi kuno?
Pencabut Ketiak
Salah satu pekerjaan yang mungkin membuat heran saat ini tetapi dianggap penting di zaman Romawi kuno adalah pekerjaan Pencabut Ketiak atau Alipilus.
Profesi ini adalah bagian dari kategori perawatan pribadi yang lebih luas, sebuah sektor yang ternyata sangat canggih mengingat keterbatasan teknologi pada saat itu.
Alipilus bertanggung jawab untuk menghilangkan bulu tubuh yang tidak diinginkan, terutama di ketiak, menggunakan berbagai alat seperti pinset dan krim khusus.
Meskipun tugas ini mungkin tampak sepele bagi kita, hal ini merupakan aspek penting dalam standar kecantikan Romawi. Masyarakat Romawi kuno menilai tanda kebersihan seseorang berasal dari kulit yang mulus dan tidak berbulu.
Peran Alipilus tidak sebatas estetika belaka, tetpi juga mempunyai implikasi sosial dan bahkan kesehatan.
Dalam masyarakat tanpa antiperspiran, menghilangkan bulu ketiak adalah cara praktis untuk mengurangi bau badan, sebuah kekhawatiran yang dianggap cukup serius di lingkungan komunal pemandian dan gimnasium Romawi.
Dalam konteks ini, Alipilus memainkan peran yang lebih dari sekadar tindakan menghilangkan bulu; mereka adalah roda penggerak mesin sosial yang lebih besar.
Namun, pekerjaan seorang Alipilus tidaklah glamor. Sering kali, mereka adalah budak atau individu dari lapisan masyarakat bawah.
Pekerjaan itu membosankan dan mungkin tidak terlalu menyenangkan, tetapi itu adalah keterampilan khusus yang bisa mendapatkan bayaran yang layak, terutama jika Alipilus dikenal karena keahlian dan sentuhan lembutnya.
Dalam beberapa kasus, keluarga kaya memiliki budak rumah tangga yang dilatih khusus untuk tugas ini, sehingga mengangkat peran tersebut ke posisi yang lebih bergengsi dalam lingkup rumah tangga.
Pengikis Keringat Gladiator
Gladiator adalah superstar pada masanya, eksploitasi mereka didiskusikan di jalanan dan kemiripan mereka diabadikan dalam seni. Namun, di balik layar kontes brutal ini terdapat sejumlah staf pendukung, yang masing-masing memiliki peran khusus.
Salah satu pekerjaan tersebut yang sangat penting dalam konteks permainan gladiator Romawi adalah pekerjaan Pengikis Keringat Gladiator atau Strigilis.
Berbekal alat logam melengkung yang disebut strigil, orang-orang ini bertanggung jawab untuk mengikis keringat, kotoran, dan terkadang darah dari tubuh gladiator setelah pertarungan mereka.
Tindakan mengikis sering kali diikuti dengan pemijatan dan pengolesan minyak, yang berfungsi untuk membersihkan dan mengendurkan otot-otot para gladiator.
Hal ini sangat penting bagi para pejuang yang sering melakukan beberapa pertarungan dalam satu hari dan memerlukan pemulihan yang cepat agar bisa berada dalam kondisi terbaiknya.
Strigilis adalah bagian dari tim gladiator, seperti pelatih atletik modern, yang berkontribusi terhadap kinerja dan kesejahteraan petarung secara keseluruhan.
Terlebih lagi, strigil itu sendiri bukan sekedar benda utilitarian; sering kali dirancang dengan rumit dan bisa menjadi simbol status.
Oleh karena itu, Strigilis yang terampil adalah aset yang berharga, tidak hanya karena manfaat praktis yang ditawarkannya tetapi juga sebagai penanda prestise seorang gladiator.
Namun, seperti banyak pekerjaan yang berkisar pada kehidupan gladiator, posisi seorang Strigili tidak terlalu glamor. Seringkali mereka adalah budak atau individu dengan status sosial rendah, pekerjaan mereka dianggap remeh meskipun penting.
Badut Pemakaman
Dalam catatan sejarah Romawi kuno, Badut Pemakaman atau Archimimus merupakan salah satu profesi yang paling menarik.
Gagasan tentang badut yang berpartisipasi dalam ritual kematian yang khidmat mungkin tampak aneh, bahkan tidak sopan. Namun, dalam konteks kepercayaan Romawi tentang akhirat dan pentingnya perpisahan yang pantas bagi orang meninggal, Archimimus memiliki tujuan yang sangat simbolis dan signifikan secara budaya.
Para pemain ini adalah peniru terampil yang meniru orang yang meninggal, sering kali mengenakan topeng dan meniru tingkah laku mereka, sebagai cara untuk menghormati dan mengabadikan individu tersebut.
Peran Archimimus bukanlah untuk menghibur tetapi berfungsi sebagai peringatan hidup. Hal ini terutama penting bagi tokoh masyarakat, yang kehidupannya dianggap patut ditiru.
Praktik ini berakar pada kepercayaan Romawi terhadap keabadian jiwa dan gagasan bahwa kualitas seseorang dapat tetap hidup. Salah satu bentuk penceritaan, profesi badut pemakaman ini sebagai cara untuk menjaga semangat orang yang telah tiada, tetapi tetap 'hadir' dalam pikiran orang yang masih hidup.
Meski demikian, peran Archimimus bukannya tanpa tantangan dan kompleksitas. Pekerjaan tersebut memerlukan pemahaman mendalam tentang individu yang ditiru, serta kemampuan untuk menangkap nuansa karakter mereka dengan cara yang penuh hormat, tetapi menarik.
Suatu bentuk seni tinggi, yang menuntut tidak hanya keterampilan teatrikal, tetapi juga wawasan psikologis. Terlebih lagi, Archimimus harus menavigasi lanskap emosional dari sebuah pemakaman, sebuah suasana yang penuh dengan kesedihan dan kekhidmatan.
Penampilan mereka harus mencapai keseimbangan yang tepat antara penghormatan dan hiburan, sebuah tugas yang membutuhkan kepekaan dan kemahiran.