Letak geografis Lembah Para Ratu sangat simbolis. Tepi barat Sungai Nil dikaitkan dengan dunia orang mati dalam kepercayaan Mesir kuno, karena matahari terbenam di barat, melambangkan hari kematian.
Hal ini membuat tepi barat menjadi lokasi ideal untuk makam dan kuil kamar mayat, selaras dengan pandangan kosmologis orang Mesir.
Pemandangan alam itu sendiri, termasuk bentuk perbukitan dan tebing, sering diartikan memiliki makna religius, terkadang dipandang mencerminkan gundukan ciptaan purba dalam mitologi Mesir kuno.
Lembah Para Ratu adalah rumah bagi lebih dari 90 makam, masing-masing memiliki fitur unik, makna sejarah, dan kondisi pelestariannya. Makam-makam tertentu menonjol karena kontribusi artistik, arsitektur, dan sejarahnya terhadap pemahaman kita tentang budaya Mesir kuno.
Yang paling terkenal tidak diragukan lagi adalah makam Ratu Nefertari, yang ditetapkan sebagai QV66. Ditemukan pada tahun 1904 oleh Egyptologist Italia Ernesto Schiaparelli, makam Nefertari sering dipuji sebagai Kapel Sistina di Mesir kuno.
Dindingnya dihiasi dengan lukisan dinding berwarna cerah yang menggambarkan perjalanan ratu melewati akhirat, dipandu oleh berbagai dewa. Kualitas karya seni dan kekayaan warnanya tak tertandingi, menjadikannya sebuah mahakarya seni Mesir kuno.
Makam penting lainnya adalah makam Ratu Titi, yang diberi label QV52. Meski tidak semegah makam Nefertari, makam Titi terkenal karena relief dan prasastinya yang terpelihara dengan baik, memberikan wawasan berharga tentang teks keagamaan pada masa itu.
Makam Pangeran Khaemweset, putra Ramses II, juga menarik. Khaemweset adalah seorang pendeta dan dipuji atas upaya restorasi di lembah tersebut selama hidupnya.
Makamnya, meski lebih kecil dibandingkan makam ratu, penting karena prasastinya merinci gelar dan perannya, menjelaskan tugas keagamaan dan administratif para pangeran kerajaan.
Selain itu, Lembah Para Ratu juga berisi beberapa makam lain yang, meskipun kurang terkenal, namun tetap penting karena berbagai alasan.