Kenaikan Permukaan Laut Menyebabkan Pergeseran Vegetasi Gambut Pesisir

By Ricky Jenihansen, Minggu, 24 September 2023 | 12:00 WIB
Sebagian besar lahan gambut di Indonesia merupakan gambut pesisir. (Earth)

Lahan gambut pesisir Asia Tenggara diasumsikan berevolusi dari rawa bakau, dan dikonfirmasi oleh penelitian dari deposit Batanghari di Jambi, Mendaram di Brunei dan Batu Niah, Sarawak, Malaysia.

Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak variasi dalam hal waktu, kondisi dan faktor pendorong, serta perkembangan dan evolusi lahan gambut pesisir di Asia Tenggara dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.

"Mengetahui bagaimana lahan gambut berevolusi dari waktu ke waktu dapat memberikan wawasan berharga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika dan fungsi lahan gambut," kata peneliti.

Ilustrasi perubahan iklim. (Alexander Gerst / ESA)

Gambut pesisir Indonesia

Untuk penelitian ini, Hapsari dan rekan meneliti wilayah gambut pesisir di Kalimantan (Katingan) dan Sumatera (Semenanjung Kampar). Meskipun terletak di wilayah pesisir, lahan gambut tersebut dimulai pada periode dan lingkungan yang berbeda.

Catatan-catatan ini mengkonfirmasi adanya variasi dalam asal usul lahan gambut pesisir Asia Tenggara. Hal ini juga menunjukkan bahwa pembentukan gambut dapat dimulai pada berbagai substrat dengan berbagai jenis vegetasi.

Pembentuk gambut pesisir dapat terjadi selama tersedia cukup kelembaban untuk menciptakan kondisi jenuh air atau genangan yang membatasi dekomposisi.

Perubahan curah hujan menyebabkan pergeseran vegetasi dan perbedaan tingkat akumulasi gambut di lahan gambut Katingan dan Semenanjung Kampar.

Hasilnya menunjukkan bahwa kebakaran di kedua lahan gambut umumnya berkorelasi dengan perubahan perilaku ENSO sepanjang Holosen dan penurunan curah hujan di Kalimantan dan Sumatera.

Perubahan permukaan laut juga mendorong pergeseran vegetasi di kedua lahan gambut tersebut terutama mempengaruhi posisi hutan mangrove.

Catatan menunjukkan bahwa aktivitas antropogenik hampir tidak relevan di masa lalu, tidak seperti dampak aktivitas manusia yang berskala jauh lebih besar saat ini.

Oleh karena itu, perubahan lingkungan yang diamati di lahan gambut Katingan dan Semenanjung Kampar hampir seluruhnya disebabkan oleh faktor alami, terutama iklim dan permukaan laut.

Pengetahuan ini, pada gilirannya, dapat berkontribusi dalam mengukur kontribusi atau relevansi variabilitas alami versus perubahan penggunaan lahan antropogenik. Itu dibandingkan terhadap berbagai fungsi dan jasa ekosistem di lahan gambut.

Terkait dampak perubahan iklim, hal ini masih menjadi tantangan. Hal itu karena perubahan iklim dalam skala besar dalam beberapa dekade atau abad terakhir disebabkan oleh aktivitas manusia.

Namun, hal ini memungkinkan dilakukannya kuantifikasi dampak terkait perubahan penggunaan atau tutupan lahan. Pada gilirannya dapat memberikan skala dan landasan yang lebih kuat untuk analisis dampak lingkungan dan upaya restorasi.

Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih BumiSisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.