Tambang Dasar Laut untuk Mobil Listrik Ancam Kehidupan Laut & Pesisir

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 27 September 2023 | 11:00 WIB
Dasar laut dalam memiliki keanekaragaman hayati yang kompleks. Memanfaatkannya dalam penambangan bahan baku baterai mobil listrik akan mengancam keberlangsungan dan merusak ekosistem dasar laut dalam. (NOAA-OER/BOEM/USGS)

Spesies yang tinggal di kedalaman laut lepas cenderung memiliki umur panjang. Umur panjang ini seiring dengan proses reproduksinya yang membutuhkan waktu lama, dan tingkat kesuburan berkembang biak yang rendah. Artinya, kehidupan di bawah laut berjalan lebih lambat untuk pulih, dan akan terancam keberadaannya dengan penambangan.

Di Taman Gurita, induk gurita mutiara (Muusoctopus Robustus) bersarang di celah-celah batu yang bermandikan mata air panas laut dalam. Air yang lebih hangat mempercepat perkembangan telur gurita. (© 2020 MBARI)

Dampak negatif pada penambangan dapat terjadi sejak awal pembangunan penambangan. Mesin besar yang akan menggali dasar laut lepas akan menyebabkan polusi suara yang bisa tersebar ratusan mil, menurut studi tahun 2022 di Science.

Kebisingan ini akan mengganggu kemampuan hewan bawah laut, seperti paus dan lumba-lumba, untuk navigasi, mencari mangsa, dan mencari pasangan. Dengan terganggunya makhluk hidup di bawah laut pada proses awal, akan punya dampak besar dalam keberlangsungan dari segi spesies hingga ekosistem.

Imbas penambangan dasar laut, pada akhirnya bermuara pada manusia. Penambangan dasar laut mengakibatkan hilanganya produksi primer dalam sektor perikanan global, menurut laporan Worldwide Fund for Nature (WWF).

WWF menulis, dampak perusakannya adalah "perikanan global, mengancam sumber protein utama bagi sekitar satu miliar orang dan penghiudpan sekitar 200 juta orang, yang sebagian besar berada di masyarakat miskin pesisir."

"Penambangan akan berdampak buruk pada ekosistem laut dalam dan keanekaragaman hayati, yang dapat berdampak langsung pada perikanan, mata pencaharian, dan ketahanan pangan serta membahayakan siklus karbon, logam, dan nutrisi laut," lanjut WWF.

"Hal ini juga bertentangan dengan transisi menuju ekonomi sirkular, sehingga melemahkan upaya untuk meningkatkan daur ulang dan mengurangi penggunaan sumber daya yang terbatas."

Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih BumiSisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.