Menyalakan Industri Pariwisata Alam Gunung Berapi di Indonesia

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 28 September 2023 | 11:00 WIB
Bromo-Tengger-Semeru adalah kawasan tiga serangkai Destinasi Prioritas, sebagai pariwisata gunung vulkanik. Ada banyak potensi yang bisa digali oleh pegiat industri pariwisata, tidak hanya dengan kekayaan alamnya. (Titik Kartitiani/National Geographic Indonesia)

Padahal, kehadiran gunung vulkanik di Indonesia membuat alamnya menjadi subur, sehingga menghadirkan kekayaan keanekaragaman hayati. Masyarakat di Indonesia pun memanfaatkan tanah hasil aktivitas gunung vulkanik sebagai pertanian untuk memulai peradaban yang kaya akan kebudayaan.

"Intinya kita kaya, baik alamnya, gunungnya, geofisik gunungnya, maupun budayanya, sama biodiversitynya, ada flora pun dan sebagainya," kata Dasirun, dalam pertemuan yang sama.

Dia pun mengatakan bahwa dengan banyak opsi dalam pola pariwisata, wisatawan dapat menentukan pilihan aktivitasnya. Dengan menghadirkan pola perjalanan yang matang, industri wisata tidak hanya membatasi minat, tetapi mengakomodasi minat wisatawan tentang potensi pariwisata sekitar.

Pariwisata berkelanjutan

Lereng gunung merupakan kawasan hutan dan menjadi benteng pertahanan satwa yang dilindungi. Pegiat industri pariwisata gunung menyadari bahwa keanekaragaman hayati sangat penting untuk dijaga, mengingat wisatawan menaruh minat pada kekayaan alam.

Ada pula dampak buruk dari pariwisata gunung adalah kebersihan. Sampah kerap mencemari pemandangan dan lingkungan gunung, terutama di tempat perkemahan. Sampah masih dapat dengan banyak dijumpai, walaupun sudah ada peraturan dan konsep mitigasinya seperti pengecekan sampah di pintu masuk pendakian.

Perilaku gemar buang sampah sembarangan lahir dari pola pikir yang terbentuk dari kondisi lingkungan. (Shutterstock)

"Jadi, kalau saya inginnya teman-teman sekarang punya action for responsible tourism (aksi untuk pariwisata yang bertanggung jawab)," seru Dasirun. Dia menyayangkan, sudah banyak tempat yang menyerukan kampanye pariwisata tanpa sampah atau zero waste, tetapi sampah masih dapat dengan mudah ditemukan di gunung.

"Malu kita. Zero waste [sebagai seruannya] tetap di gunung, sampah semuanya. Kadang di kampung-kampung wisata sama juga, [ditemukan] sampah."

Ary Suhandi, pengamat pariwisata dari Indonesian Ecotourism Network berpendapat, sumber masalah lingkungan di gunung—seperti sampah—adalah pariwisata berlebih (overtourism). Industri bersama masyarakat setempat punya keunggulan dalam pengelolaan pariwisata gunung, berupa kontrol akses.

Melalui konferensi ini, Ary menyerukan agar pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat menerapkan peraturan untuk penjagaan lingkungan gunung sebagai temapt pariwisata.

"Persoalan di Indonesia is in the management (adalah pada manajemen). Jadi, pendekatan manajerial itu penting banget," tuturnya. "Faktor pariiwsata itu sendiri kompleks, faktor multidisiplin juga begitu kompleks. Tetapi, in the same time, kalau nanti enggak dijagain, bisa kolaps sebelum overtourism."

Dasirun menambahkan, SDM sangat penting dalam urusan wisata pendakian gunung agar tetap terjaga. Industri harus memiliki standar untuk pengelolaan pariwisata gunung, seperti sertifikasi. Sertifikasi seperti pada pemandu, juga tidak bisa diberikan begitu saja atau mengejar kuantitas, melainkan mempertimbangkan kualitas agar kebersihan gunung terjaga.