Sejarah Perang Salib: Berdirinya Kesatria Templar yang Dituduh Sesat

By Ricky Jenihansen, Minggu, 8 Oktober 2023 | 11:00 WIB
Kesatria Templar adalah ordo militer pertama dalam sejarah Perang Salib, namun dituduh sesat dan dibubarkan. (Knight Templar)

Secara resmi diakui sebagai ordo militer oleh Paus Honorius II (memerintah 1124-1130) pada Konsili Troyes pada bulan Januari 1129 (ordo militer pertama yang dibentuk). Para Templar pada awalnya dianggap sebagai cabang dari Cistercian.

Pada tahun 1145, para ksatria ordo tersebut diberikan izin untuk mengenakan jubah putih yang dibuat oleh para biarawan Cistercian.

Para kesatria segera mengadopsi jubah putih khas mereka dan mereka mulai menggunakan lambang palang merah dengan latar belakang putih.

Tidak ada halangan untuk berperang sehubungan dengan doktrin agama, asalkan tujuannya adil. Perang Salib dan pembelaan Tanah Suci Yerusalem adalah salah satu alasannya.

Dengan demikian, ordo militer tersebut mendapat dukungan resmi dari Gereja dan mulai terlibat dalam sejarah Perang Salib.

Pertempuran besar pertama yang melibatkan kesatria Templar terjadi pada tahun 1147 melawan peradaban Islam pada Perang Salib Kedua (1147-1149).

Ilustrasi segel ordo militer abad pertengahan Ksatria Templar (1119-1312 M). Satu sisi menunjukkan gambar dua ksatria yang menunggangi seekor kuda yang umum digunakan sementara sisi lainnya menunjukkan Makam Suci, Yerusalem tempat ordo pertama kali berada. (Public Domain)

Perkembangan Kesatria Templar

Kesatria Templar terus berkembang menjadi kuat. Ordo ini berkembang berkat sumbangan dari para pendukung yang mengakui peran penting mereka dalam melindungi negara-negara Kristen kecil di Levant.

Sumbangan datang dalam bentuk apapun, termasuk uang, tanah, kuda, peralatan militer dan yang paling umum adalah bahan makanan.

Kadang-kadang hak istimewa disumbangkan yang membantu ordo menghemat pengeluarannya sendiri.

Sumbangan lainnya datang dari yang paling sederhana hingga yang kaya, memberikan apa yang mereka bisa untuk sekadar membantu. Sumbangan itu diharapkan dapat memastikan kehidupan setelah kematian yang lebih baik.