Ketika Naga Mendominasi Lanskap Monster pada Sejarah Abad Pertengahan

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 25 Oktober 2023 | 09:00 WIB
Ilustrasi naga dan orang-orang suci abad pertengahan. (Via Smithsonian Magazine)

 

Nationalgeographic.co.id—Naga yang beristirahat di atas timbunan emasnya, ksatria yang gagah berani menyerang untuk menyelamatkan gadis dari ancaman binatang bersisik. Ini adalah gambaran populer yang telah lama dikaitkan dengan Abad Pertengahan Eropa.

Meskipun kisah tentang naga sangat populer kala itu, faktanya orang-orang abad pertengahan menjalani seluruh hidup mereka tanpa pernah bertemu dengan raksasa bersayap dan bernapas api.

Pada Abad Pertengahan Eropa, menurut Matthew Gabriele, profesor studi abad pertengahan dari Virginia, kisah-kisah monster berfungsi sebagai alat pengajaran agama.

“Memberikan contoh-contoh tentang apa yang tidak boleh dilakukan, manifestasi dari ancaman yang ditimbulkan oleh hal-hal gaib dan jahat, dan metafora untuk kejahatan yang dilakukan manusia terhadap sesamanya.”

Orang-orang abad pertengahan menceritakan kisah-kisah tentang semua jenis monster, termasuk hantu, manusia serigala, dan wanita yang berubah menjadi ular pada hari Sabtu. Namun, naga memiliki tempat khusus dalam imajinasi modern dan abad pertengahan.

Selama beberapa tahun terakhir, Bruce, sejarawan di Fordham University, telah mengeksplor tentang bagaimana orang-orang abad pertengahan berbicara tentang monster.

Bruce telah menerbitkan buku-bukunya, yang merupakan kumpulan teks dari dunia kuno, abad pertengahan, dan awal modern. Buku-buku ini memungkinkan pembaca untuk melihat sendiri bagaimana orang-orang di masa lalu berpikir tentang hal-hal yang terjadi di malam hari. 

Dalam berbagai kisah saat ini, naga sering muncul sebagai musuh yang harus dikalahkan dalam pertarungan tunggal yang gagah berani.

Berbeda dengan naga pada Abad Pertengahan Eropa. Ia lebih sering muncul dalam kisah-kisah kehidupan orang-orang kudus dan tokoh-tokoh religius, alih-alih pencurian dan petualangan.

Sebuah naskah yang menampilkan Saint Marina dan naga. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Pada abad keenam, misalnya, uskup dan penyair Prancis, Venantius Fortunatus, menulis tentang uskup Paris bernama Marcellus. Ia dikisahkan mengusir seekor naga yang telah melahap mayat seorang wanita bangsawan berdosa di hadapan warga.

Uskup tersebut memukul kepala naga itu tiga kali, menuntunnya melewati Paris dengan tali, lalu mengusirnya kembali ke hutan agar naga itu tidak mengganggu kota lagi.