Nationalgeographic.co.id—Tentara Kekaisaran Bizantium adalah salah satu kekuatan militer multi etnis yang paling kuat di dunia. Mulai beroperasi sekitar 395 M, dan mencapai puncaknya pada abad k-7 hingga ke-12 M dengan panglima tertinggi adalah kaisar Bizantium.
Selanjutnya, tentara Kekaisaran Bizantium mengikuti struktur tentara Kekaisaran Romawi. Mereka dikenal dengan disiplin yang ketat, organisasi yang kaku, dan strategi pertempuran yang terampil.
Kekaisaran Bizantium menjadi salah satu yang terpenting dalam sejarah, menghubungkan Yunani, agama Kristen, dan Eropa Barat.
Dari abad ke-7 hingga pertengahan ke-9, peran Tentara Bizantium sebagian besar bersifat defensif akibat serangan yang dialami dari Peradaban Islam, yaitu Kekhalifahan Rasyidin.
Untuk melawan Khilafah yang lebih kuat pada periode itu, Tentara Bizantium mengadaptasi sistem “tema”.
Tema (atau tema, dari kata Yunani θέμα) adalah pembagian administratif kekaisaran. Seorang jenderal menjalankan yurisdiksi sipil dan militer, sementara seorang hakim memegang kekuasaan kehakiman.
Byzantium telah kehilangan hampir separuh wilayahnya selama serangan Peradaban Islam Kekhalifahan Rasyidin dan antara tahun 659 dan 662. Tentara Kekaisaran Bizantium menyetujui gencatan senjata dengan Kekhalifahan Rasyidin Peradaban Islam dan berkumpul kembali.
Lima temata asli (jamak dari tema) semuanya berada di Asia Kecil, terdiri dari pasukan lapangan sebelumnya.
Secara khusus, mereka adalah:
Tema Armenia, penerus Tentara Armenia yang menduduki wilayah lama Pontus, Armenia Kecil dan Kapadokia utara, dengan ibu kotanya di Amasea.
Tema Anatolik, penerus Tentara Timur (Ανατολή). Wilayah ini mencakup Asia Kecil bagian tengah, dan ibu kotanya adalah Amorium.
Tema Opsician adalah tempat rombongan kekaisaran (dalam bahasa Latin Obsequium), didirikan. Wilayah ini meliputi Asia Kecil bagian barat laut (Bithynia, Paphlagonia, dan sebagian Galatia), dan berpusat di Nicea.