Tidak Hanya di Pesisir, Terumbu Karang Laut Dalam Juga Memutih

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 23 Oktober 2023 | 15:00 WIB
Gambar dari kamera bawah air dikirim langsung ke kapal penelitian, dan memberikan gambaran sekilas pertama kepada tim peneliti dari Universitas Plymouth tentang karang yang telah memutih. Sebaliknya, pada saat terumbu yang lebih dalam mengalami pemutihan, mereka mengamati terumbu yang berada di perairan dangkal dan pesisir justru tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan. (University of Plymouth)

Nationalgeoraphic.co.id—Suhu laut dalam lebih dingin daripada laut dangkal dan pesisir. Dengan suhunya yang rendah, terumbu karang bisa hidup dan memproduksi oksigen hingga ke atmosfer dengan menyerap karbon.

Seiring dengan perubahan iklim yang terjadi, terumbu karang laut dalam mulai terkena ancaman. Dalam sebuah ekspedisi penelitian, ilmuwan mengungkapkan bahwa terumbu karang yang berada pada kedalaman lebih dari 90 meter mengalami kerusakan atau memutih.

Temuan tersebut diungkapkan oleh ekspedisi ilmuwan saat menyelami laut dalam Samudra Hindia. Dalam makalahnya, para ilmuwan mengungkapkan bahwa hingga 80 persen terumbu karang di beberapa bagian dasar laut dalam, rusak akibat kenaikan suhu laut sebesar 30 persen.

Laporan itu diungkapkan di jurnal Nature Communications pada 16 Oktober 2023, bertajuk "Mesophotic coral bleaching associated with changes in thermocline depth".

Melalui laporannya, para ilmuwan mengamati fenomena unik pada laut dalam saat diamati. Ternyata, meskipun suhu di permukaan laut hampir tidak berubah selama periode tertentu, peningkatan suhu masih berlangsung di bawah permukaan.

Pada kawasan Samudra Hindia khatulistiwa, para peneliti menemukan peningkatan suhu mencapai tujuh derajat celsius.

"Apa yang kami catat secara pasti menunjukkan bahwa pemutihan ini disebabkan oleh pendalaman termoklin. Hal ini setara dengan El Nino di tingkat regional, dan karena perubahan iklim, siklus variabilitas ini menjadi semakin besar," tutur Clara Diaz, peneliti utama studi dari School of Biological and Marine Sciences, University of Plymouth.

"Ke depan, pemutihan di lautan yang lebih dalam di sini dan di tempat lain kemungkinan akan menjadi lebih sering terjadi," lanjutnya di Eurekalert.

Temuan ini menjadi peringatan nyata akan dampak buruk yang ditimbulkan di laut, sebuah dunia yang jarang digali manusia. Keberadaannya yang tersembunyi menandakan bahwa dampak kenaikan suhu laut mungkin masih tersembunyi, dan dipicu akibat perubahan iklim.

“Hasil kami menunjukkan kerentanan ekosistem karang mesofotik terhadap tekanan termal dan memberikan bukti baru tentang dampak perubahan iklim terhadap setiap bagian lautan kita," jelas Nicola Foster, peneliti dan pengajar di School of Biological and Marine Sciences, University of Plymouth yang terlibat dalam studi.

Foster menambahkan, penemuan pemutihan karang laut dalam punya tanda bahaya pada lingkungan dasar laut. Pemutihan ini memungkinkan adanya kematian karang di tempat lainnya yang belum diteliti.

Akan tetapi, yang lebih berbahaya adalah laut dasar yang kompleksitas struktural terumbu karangnya berkurang. "Hal ini kemungkinan besar akan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan berkurangnya jasa ekosistem penting yang diberikan oleh terumbu karang kepada planet kita," lanjutnya.