Nationalgeographic.co.id—Pembangunan gereja Kekaisaran Bizantium telah dimulai sejak masa pemerintahan Constantine I (memerintah 306-337 M). Gereja Kekaisaran Bizantium terus bertransformasi hingga menjadi gereja dengan arsitektur yang nantinya sangat terkenal, yaitu arsitektur berkubah besar.
Ciri bangunan gereja berkubah besar ini nantinya menjadi inspirasi bagi gereja di seluruh dunia. Hagia Sophia, menjadi bangunan berkubah besar paling terkenal yang pernah dibangun Kekaisaran Bizantium.
Pada masa Constantine I pada abad ke-4 M, gereja-gereja dibangun untuk mempromosikan agama Kristen Ortodoks. Pembangunan itu juga memaksakan otoritas Kekaisaran Bizantium di berbagai tempat, mulai dari ibu kota hingga Yerusalem.
Motivasi lain untuk membangun gereja dan tempat suci (martyria) adalah untuk menandai tempat-tempat penting bagi kisah Kristen Ortodoks dan orang-orang sucinya.
Kemudian, makam orang-orang suci dan para martir atau peninggalan mereka, dan tempat di mana seorang pertapa terkenal mungkin pernah tinggal.
Dengan demikian, gereja-gereja dari Tesalonika hingga Antiokhia menjadi pusat ziarah tersendiri. Banyak gereja kecil dan kapel sederhana dibangun untuk melayani komunitas kecil.
Bangunan lain yang terkait erat dengan gereja, terutama basilika, adalah tempat pembaptisan, biasanya berbentuk segi delapan. Tempat itu juga kadang-kadang adalah makam pendiri gereja dan keturunannya.
Tempat itu juga menjadi tempat tinggal uskup, gudang, kantor administrasi, mungkin tempat suci yang berisi makam orang suci, dan mandi.
Batu bata dan batu, atau campuran keduanya paling sering digunakan untuk membuat pola dekoratif gereja Kekaisaran Bizantium. Meski banyak di antaranya yang hanya diubah menjadi kuil pagan atau bangunan sekuler lainnya.
Contoh yang bagus adalah gereja Rotunda di Tesalonika, mungkin awalnya dimaksudkan sebagai mausoleum Kaisar Galerius. Gereja dibangun pada masa pemerintahannya tahun 305-311 M tetapi diubah menjadi gereja pada abad ke-4-6 M.
Masih banyak lagi bangunan yang secara bebas menggunakan kembali balok batu dan drum kolom berkualitas tinggi dari bangunan era Romawi.
Ibu kota kuno juga digunakan kembali, meskipun Kekaisaran Bizantium menambahkan dekorasi ukiran yang lebih rumit dan lebih dalam pada ibu kota Korintus mereka.