Selanjutnya, lebih dari 1,3 juta anak mengungsi akibat kekeringan yang berdampak pada kebakaran hutan. Negara yang memiliki jumlah pengungsi anak-anak tinggi pada kategori ini adalah Somalia dengan jumlah 810.000 anak mengungsi. Bencana ini juga menerpa pada anak-anak di Kanada, Israel, dan AS.
“Ini benar-benar perkiraan yang konservatif, dan mungkin hanya puncak gunung es dari beberapa dampak iklim,” kata Verena Knaus, pimpinan UNICEF bidang Global Lead on Migration and Displacement, dikutip dari The Guardian.
“Iklim adalah penyebab paling cepat terjadinya perpindahan anak, namun sebagian besar kebijakan dan diskusi mengenai pendanaan iklim gagal mempertimbangkan atau memprioritaskan anak-anak.”
Russel menambahkan "Kita mempunyai alat dan pengetahuan untuk menanggapi tantangan yang semakin meningkat bagi anak-anak ini, namun kita bertindak terlalu lambat. Kita perlu memperkuat upaya untuk mempersiapkan masyarakat, melindungi anak-anak yang berisiko menjadi pengungsi, dan mendukung mereka yang terpaksa mengungsi.”
Isu ini rencananya akan dibawa oleh UNICEF dalam pertemuan KTT Perubahan Iklim COP28 di Dubai pada November 2023. Mereka mendesak agar berbagai pihak termasuk pemerintah, donor, mitra pembangunan, dan sektor swasta agar dapat mengambil tindakan untuk melindungi anak-anak dan remaja yang terancam mengungsi di masa depan.
Tidak hanya itu, pemangku kepentingan juga harus membantu dalam persiapan anak-anak menghadapi situasi yang memaksa mereka untuk mengungsi. Pemangku kepentingan juga harus mempersiapkan lingkungan hidup yang baik bagi masyarakat, di mana di dalamnya terdapat anak-anak, dari keharusan untuk mengungsi.