Yang jelas, infeksi cacar monyet lebih mungkin dapat menyebar dengan kontak seksual. Dalam penelitian tersebut, 95 persen yang diteliti memiliki ruam yang mayoritas di alat kelaminnya, dan 41 persennya mengalami luka di dalam tubuh, termasuk anus atau mulut.
"Semua ini mungkin menjelaskan mengapa virus ini terutama menyebar melalui jaringan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki," kata Orkin di The Conversation. Dengan kata lain, tidak hanya aktivitas seks sesama jenis antara laki-laki, tetapi mungkin bisa tertular dengan aktivitas seksual lainnya yang bersama laki-laki.
WHO melaporkan bahwa laki-laki lebih rentan untuk terkena cacar monyet. Sejak diidentifikasi pertama kali hingga merebak ke seluruh dunia, sebagian besar gejalanya adalah di alat kelamin dan dubur laki-laki. Sebagian ahli berpendapat bahwa kedua tempat ini merupakan tempat virus tersebut masuk ke dalam tubuh.
Bagaimanapun, cacar monyet merupakan virus zoonosis (ditularkan ke manusia melalui hewan). Walau namanya adalah cacar monyet, berbagai spesies hewan liar ternyata diidentifikasi rentan terhadap cacar monyet. Para ilmuwan pun belum dapat mengetahui dari mana asal virus cacar monyet.
Penamaan cacar monyet sendiri berawal dari temuan pada monyet di sebuah laboratorium di Denmark pada 1958. Kasus pertama pada manusia dilaporkan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Penularan virus zoonosis dapat menjadi wabah bagi manusia. Bahkan, mayoritas dari wabah yang dihadapi manusia dalam sejarah adalah zoonosis. Hal ini disebabkan kedekatan manusia dengan satwa liar, atau perubahan iklim yang menyebabkan satwa liar berpindah tempat menjadi lebih dekat dengan manusia.