Pada bulan tersebut, demonstrasi besar-besaran terjadi di Amman. Protes ini bahkan mendorong Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser untuk berhati-hati dalam kegiatan diplomasi perdamaian dengan Israel.
Hussein I mengalami tiga kali upaya pembunuhan dari tanggal 9 Juni sampai 1 September. Upaya pembunuhan terjadi ketika pelaku menembak iring-iringan mobil Husein I saat berada di bandara Amman. Saat itu, Husein I hendak menjemput putrinya yang kembali dari Kairo. Babak September Hitam dalam sejarah dunia di Yordania dimulai.
PLFP adalah kelompok kiri radikal yang dipimpin George Habash. Gerakan perlawanan mereka dilakukan pada 6 dan 9 September membajak lima pesawat Israel dan Barat. Satu pesawat diledakkan dan yang lainnya dibawa ke daerah gurun Yordania untuk diledakkan pada 12 September.
"Tampaknya merupakan suatu kontradiksi jika kelompok Marxis-Leninis menggunakan taktik yang tampaknya bersifat gerilya selain perjuangan bersenjata," ujar Raza Naeem, ahli politik ekonomi di Progressive Writers Association, Pakistan, dikutip dari The Wire.
"Namun hal ini sekarang harus dilihat dalam konteks perjuangan Palestina yang relatif tidak terlihat dari hati nurani negara-negara Eropa dan Amerika Utara yang diliputi rasa bersalah atas kegagalan mereka mencegah genosida Yahudi di Nazi Jerman," lanjutnya.
Isu ini menggegerkan berita sejarah dunia pada masanya. Tindakan ini segera direspon oleh Husein I dengan pengepungan para pembajak melalui militer Yordania. Kontak senjata antara pejuang Palestina dan militer Yordania pun terjadi.
Perang saudara yang terjadi selama September Hitam menyebabkan 15.000 militan Palestina dan warga sipil tewas. Sebagian besar kota dan kamp pengungsi yang ditempati warga Palestina, termasuk tempat PLO dan PLFP menyimpan senjata, dihancurkan. Sekitar 100.000 orang kehilangan tempat tinggalnya.
Negara-negara Arab mengkritik tindakan Husein I dengan menyebutnya sebagai "pembunuhan berlebihan". Namun Yordania berdalih bahwa selama ini warga Palestina telah menjalankan "negara di dalam negara", sehingga pemerintahannya di Yordania harus diakhiri.
Insiden itu diakhiri dengan tanda tangan gencatan senjata antara Husein I dan Yasser Arafat pada 27 September di Kairo. Kejadian ini berselang satu hari sebelum Gamal Abdel Nasser meninggal.
Hasil gencatan senjata ini membuat Arafat dan PLO, dan organisasi militan Palestina lainnya diusir dari Yordania selama awal dekade 1970-an. Mereka berpindah ke Lebanon dan mendirikan kemah pengungsian Palestina di sekitar Beirut dan Lebanon selatan.
September Hitam memberikan dampak dalam sejarah dunia. Rangkaian aksi terorisme terjadi untuk membalas nasib warga Palestina di Yordania. Aksi ini dilakukan oleh kelompok komando di luar PLO. Di antaranya adalah pembajakan, pembunuhan PM Yordania Wasfi Tal di Kairo, dan pembunuhan 11 atlet Israel di Olimpiade Munich pada September 1972.
PM Golda Meir merespons mengerikan dalam sejarah dunia. Dia membentuk agen pembunuh yang tersebar di seluruh Eropa dan Timur Tengah untuk menghabisi mereka yang diduga agen Palestina dan Arab.