Bar Sauma, Penjelajah Terlupakan Sejarah Dunia dari Tiongkok ke Eropa

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 15 November 2023 | 16:04 WIB
Aktivitas ibadah umat Kristen Nestorianisme yang berada di Gaochang (Xinjiang), Tiongkok pada abad ke-7 atau 8. Agama Kristen sudah tersebar di Asia Timur. Salah satu pemeluknya adalah Rabban Bar Sauma yang melakukan perjalanan jauh ke Eropa dalam sejarah dunia. (Daderot/Wikimedia Commons/Ethnological Museum, Berlin)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia tentang penjelajahan abad ke-13 lebih populer tentang perjalanan Marco Polo. Perjalanannya bersama ayahnya menuju Yerusalem, kemudian menyisiri Jalur Sutra, dan berjalan hingga ke Kekaisaran Tiongkok semasa Dinasti Yuan Mongol.

Penjelajahan tidak hanya berlangsung dari barat ke timur, tetapi juga sebaliknya. Nama penjelajah tersebut adalah Bar Sauma yang merupakan keturunan Uighur, kelompok etnis Turki dari Asia tengah yang memeluk agama Kekristenan Nestorianisme.

Ajaran Nestorianisme berasal dari Persia dan berkembang saat Kekaisaran Abbasiyah yang berkuasa hingga Asia Tengah. Selanjutnya, ketika Kekaisaran Mongol berkembang pada awal abad ke-13, agama ini tersebar sampai ke Asia Timur, termasuk Tiongkok.

Perjalanan Bar Sauma, yang kelak disebut Rabban Sauma, terjadi sebelum Marco Polo kembali ke Eropa. Marco Polo saat itu masih menjadi kepercayaan Kubilai Khan, berdasarkan ceritanya yang meragukan sejumlah sejarawan. Sedangkan catatan yang dibuat Bar Sauma, cukup lengkap dan memberikan sudut pandang baru tentang perjalanan menuju ke Eropa dari Asia.

Bar Sauma mendapat gelar "Rabban", sebuah gelar kehormatan dalam bahasa Siria Semit seperti "Rabbi" dalam bahasa Ibrani. Rabban merupakan gelar dalam liturgi Nestorianisme yang berarti "tuan".

Bar Sauma lahir pada sekitar 1220 di Zhongdu, nama lama dari Beijing dalam sejarah dunia. Saat berusia 23 tahun, ia telah menjadi biarawan dan menghabiskan sebagian besar pekerjaannya sebagai guru dan pemuka agama.

Perjalanannya yang luar biasa dilakukan pada usia 55 tahun. Kelak, ia akan singgah ke Persia, Bagdad, dan beberapa kerajaan di Eropa. Kondisinya berbeda dengan Marco Polo yang memulai perjalanannya pada usia 17 tahun, dan memiliki latar belakang dari keluarga pedagang.

Misi yang dilakukan Rabban Bar Sauma bersifat agamis dan politis. Pada masanya, Mongol telah menguasai ibukota Kekaisaran Abbasiyah, Baghdad sejak 1258. Keberadaan Mongol di Timur Tengah turut berperan dalam Perang Salib. Dekade 1270-an, baik pihak Kekristenan Eropa dan Mongol sedang membangun persekutuan untuk melawan pasukan muslim Dinasti Mamluk.

Awalnya, perjalanan Rabban Bar Sauma murni untuk mengunjungi Tanah Suci bersama muridnya Rabban Marcos. Keduanya menjual semua harta benda ketika hendak berangkat meninggalkan Zhongdu. Perjalanannya dimulai sekitar 1275 dengan menyisiri Jalur Sutra seperti Marco Polo, sebuah jalan perjalanan internasional yang sangat matang di bawah Pax Mongolica dalam sejarah dunia.

Meski demikian, Jalur Sutra yang ditempuh mereka berdua terhitung berbahaya. Mereka kerap melalui gurun pasir agar terhindar dari bahaya di rute berbahaya di jalur utama. Kedua rabban tersebut bahkan harus menyelamatkan diri dari badai pasir hebat saat menyisiri Gurun Taklamakan di Xinjiang.

Berdasarkan catatan perjalanan, mereka menuju pegunungan Afganistan. Sempat singgah di oasis Hotan, dan melanjutkan perjalanan jauh melalui gurun Iran. Sampai akhirnya mereka tiba di Bagdad pada 1280-an, kota di mana mereka dapat menjumpai umat Katolik dan Nestorianisme.

Saat itu, Bagdad di bawah Ilkhanat Mongol dengan wakil Khan Agung Abaqa Khan. Abaqa adalah penganut Buddha yang bersimpati kepada kaum Nesotrianisme.