Namun, Barat sebagai sebuah konsep tidak semata-mata didasarkan pada geografi. Alih-alih geografi, Barat sering kali didefinisikan berdasarkan ide budaya kolektif. Namun, menurut Mirjana, hal tersebut juga merupakan kriteria yang tidak jelas.
“Negara-negara yang termasuk dalam Barat memiliki budaya, bahasa, dan sejarah yang sangat berbeda,” kata Mirjana.
Dalam konteks ini, warisan budaya bersama dari Yunani kuno sering diusulkan sebagai dasar peradaban Barat. Namun, bagaimana ide ini muncul?
Bagaimana Orang Yunani Kuno Memandang Dunia?
Ada berbagai budaya Yunani Kuno, dan pemahaman mereka tentang dunia berubah seiring berjalannya waktu. Berbicara tentang "warisan Yunani Kuno" yang universal tidaklah mudah.
Dalam bukunya “Histories”, Herodotus menyebutkan bahwa dunia dibagi menjadi tiga bagian: Lybia di selatan, Asia di timur, dan Eropa sebagai sisanya. Dalam pandangan dunia ini, Balkan dan Anatolia, tempat peradaban Yunani berada, menjadi pusatnya.
Pusat ini memisahkan Barat dari Timur dan Selatan. Namun, daerah-daerah ini tidak dilihat sebagai pusat saat ini, melainkan sebagai pinggiran Eropa atau bahkan bukan Eropa sama sekali.
Orang Yunani Kuno memisahkan diri mereka dari orang lain berdasarkan bahasa dan ciri-ciri budaya. Mereka yang tidak bisa berbahasa Yunani dicap sebagai orang barbar (bárbaroi). Istilah ini merujuk pada musuh dan sekutu asing, mencakup budaya-budaya besar seperti Mesir kuno atau Persia, serta suku-suku kecil di sebelah utara Yunani.
Warisan Yunani Kuno di Eropa
Mirjana menjelaskan, budaya Yunani menyebar ke wilayah-wilayah baru “selama Periode Hellenistik, periode setelah penaklukan Alexander Agung”. Namun, “negara-negara Hellenistik penerus Aleksander sebagian besar berada di luar Eropa.”
Meskipun negara-negara penerus Aleksander berada di luar Eropa, pengaruh budaya Yunani terasa kuat, terutama ketika Roma menaklukkan dunia Yunani.