Bagaimana Nubuat Darah Menjaga Keberlangsungan Kekaisaran Bizantium?

By Ricky Jenihansen, Rabu, 22 November 2023 | 09:00 WIB
Dinasti Komnenoi yang memerintah Kekaisaran Bizantium meyakini nubuat darah. (Crative Commons)

Nationalgeographic.co.id—Manuel I Komnenos adalah kaisar Kekaisaran Bizantium yang terpesona dengan nubuat yang meramalkan kelangsungan dinastinya. Nubuat itu menyatakan bahwa dinastinya bergantung terhadap akronim "AIMA", yang juga merupakan kata Yunani untuk darah.

Karena khawatir akan keberlangsungan dinastinya, Manuel mengabdikan sebagian besar masa pemerintahannya untuk memastikan bahwa penggantinya sesuai dengan apa yang dinubuatkan. Agar sesuai dengan nubuat darah, nama penggantinya harus diawali dengan huruf “A”.

Ini bukan satu-satunya masalah yang dihadapi Manuel dan persoalan suksesi kekaisaran Bizantium. Kaisar juga harus menghadapi intrik di istana Kekaisaran Bizantium.

Sumber utamanya berasal dari sepupu pertamanya Andronikos, yang terus-menerus terlibat dalam kesialan, baik di dalam istana di Konstantinopel maupun di luar negeri.

Nubuat AIMA dan suksesi Kekaisaran BizantiumManuel memerintah sebuah kerajaan besar yang kaya akan sejarah. Bizantium, atau disebut juga Romawi Timur, adalah sisa-sisa Kekaisaran Romawi yang masih hidup.

Pada tahun 476 M, Kekaisaran Romawi Barat telah jatuh, namun Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium masih bertahan, tempat kebudayaan Yunani dan Romawi Klasik bertahan dan berkembang.

Ramalan tersebut muncul ketika Manuel I Komnenos bertanya kepada seorang peramal berapa lama dinasti Komnenos akan bertahan. Peramal itu hanya menjawab, “Aίμα”, yang dalam bahasa Yunani berarti “darah”.

Manuel mengartikannya sebagai akronim yang mengacu pada huruf awal kaisar Komnenian dalam urutan suksesi.

Kaisar pertama adalah Alexios I Komnenos, yang memerintah antara tahun 1081 dan 1118, dan kaisar kedua adalah Ioannes II Komnenos, yang memerintah dari tahun 1118 hingga 1143.

Kaisar ketiga adalah Manuel sendiri. Dia mungkin lebih cenderung mempercayai ramalan tersebut karena sebagai putra keempat penguasa sebelumnya, dia pada awalnya tidak ditakdirkan untuk menjadi kaisar Bizantium.

Bagaimanapun, agar akronim AIMA bisa lengkap, Manuel kini membutuhkan ahli waris yang namanya dimulai dengan huruf A.

Pencarian ahli warisManuel menikah dengan Bertha dari Sulzbach pada tahun 1146. Mereka mempunyai dua anak perempuan, Maria dan Anna Komnene. Namun, pada tahun 1159, Bertha meninggal dan kaisar Bizantium masih belum memiliki ahli waris laki-laki.

Pada tahun 1162, Manuel membuat perjanjian damai dengan Raja Stephen III dari Hongaria untuk mengesahkan perjanjian tersebut. Putra Stephen, Pangeran Béla, akan menikahi putri Manuel, Maria.

Pada tahun 1163 Béla pindah ke ibu kota Kekaisaran Bizantium di Konstantinopel untuk mempelajari lebih lanjut tentang kekaisaran kuno yang kini akan ia warisi.

Bagi Manuel yang masih khawatir dengan ramalan itu, hanya ada satu masalah, nama Béla diawali dengan huruf yang salah.

Tampaknya seorang pragmatis seperti Manuel punya solusi sederhana. Dia menganugerahkan nama Alexios kepada pewaris barunya dari Hongaria.

Namun, pada tahun 1169, istri kedua Manuel, Maria dari Antiokhia, melahirkan seorang putra, yang diperkirakan diberi nama Alexios oleh Manuel.

Dengan pewaris kerajaan yang “lahir dalam warna ungu”, Manuel kini memiliki seorang putra yang lahir yang dapat memenuhi ramalan tersebut dan meneruskan garis keturunan laki-laki.

Lahir dalam warna ungu adalah ungkapan untuk kelahiran dari garis keturunan langsung Kekaisaran Bizantium. warna ungu merupakan warna khas yang digunakan dalam Kekaisaran Bizantium.

Hal ini sangat disayangkan bagi Béla, yang sebenarnya berperang melawan ayahnya sendiri di pihak Bizantium selama tiga gerakan militer antara tahun 1165 dan 1167.

Ia berperang dengan keyakinan bahwa ia ditakdirkan untuk mewarisi takhta Kekaisaran Bizantium. Manuel memberikan Béla gelar Kaisar, namun putra kandung Manuel, Alexios dinyatakan sebagai pewaris.

Béla kembali ke Hongaria pada tahun 1172 ketika ayahandanya meninggal. Ia dinobatkan sebagai Béla III dari Hongaria pada tahun berikutnya.

Sementara itu Alexios II Komnenos Manuel meninggal pada bulan September 1180 dan Alexios II Komnenos diangkat menjadi kaisar, sehingga memenuhi ramalan tersebut.

Pada tahun yang sama, beberapa bulan sebelum kematian ayahnya, ia menikah pada usia sebelas tahun dengan Agnes dari Prancis, yang baru berusia sepuluh tahun.

Penggambaran anakronistis dari penobatan kekaisaran Bizantium dengan cara diangkat ke atas perisai dan dimahkotai. (Wikimedia Commons)

Karena usia Alexios II yang masih muda, ibunya Maria memerintah menggantikannya, bersama Alexios Komnenos lainnya, yang merupakan sepupu Alexios II. Ada rumor bahwa keduanya adalah sepasang kekasih.

Maria dan Alexios adalah pemimpin yang tidak cukup cakap. Mereka salah menangani keuangan kekaisaran dan perbendaharaan Kekaisaran Bizantium mulai mengering.

Lebih buruk lagi, Béla III yang kini menjadi raja Hongaria dan Kilij Arslan II dari Rum menyerang Kekaisaran Bizantium di perbatasan barat dan timurnya.

Masalah juga terjadi di internal Kekaisaran Bizantium. Saudara tiri Alexios II, Maria Komnenos dan suaminya John menghasut kerusuhan di jalanan Konstantinopel.

Para bupati mampu meredam kerusuhan namun Andronikos yang sebelumnya diasingkan oleh Manuel kembali ke Konstantinopel pada tahun 1182 dan mengambil kendali pemerintahan.

Kembalinya nubuat darahPada awalnya, Andronikos berperan sebagai pelindung Alexios II yang tidak tertarik memerintah di usia muda dan tidak memberikan perlawanan terhadap Andronikos.

Namun, pada tahun 1183, Andronikos, yang ingin menghilangkan segala ancaman terhadap pemerintahannya, membunuh anak laki-laki tersebut.

Alexios II dicekik sampai mati dengan tali busur dan tubuhnya dibuang ke Bosporus. Andronikos telah diproklamasikan sebagai kaisar sebelum pembunuhan pada bulan September tahun itu.

Seperti sepupu pertamanya, Manuel, kaisar Bizantium yang baru juga menaruh perhatian pada ramalan tersebut. Andronikos percaya bahwa ramalan AIMA adalah sebuah siklus.

Dengan kematian Alexios II, ia mengakhiri siklus sebelumnya. Namanya juga dimulai dengan huruf A, ia memulai siklus berikutnya.

Percaya bahwa ramalan itu benar, Andronikos mengabaikan putra sulungnya Manuel Komnenos dan memilih Ioannes yang lebih muda, yang namanya dimulai dengan iota/I.

Namun Andronikos khawatir sepupunya yang lain akan menggulingkannya. Dia sangat takut pada dua pria, keduanya bernama Issac. Yang pertama adalah Isaac Komnenos dari Siprus dan yang kedua adalah Isaac Angelos.

Ia mencurigai Issac Angelos melakukan pengkhianatan dan pergi menangkapnya. Namun, Issac membunuhnya dan melarikan diri ke Haghia Sophia di mana dia meminta penduduk Konstantinopel untuk bangkit melawan Andronikos.

Penduduk Konstantinopel memproklamasikan kaisar Issac II Angelos dan menggulingkan Andronikos yang gagal melarikan diri. Selama beberapa hari, dia diikat ke sebuah tiang dan dipukuli oleh massa yang marah hingga tewas.

Andronikos adalah yang terakhir dari dinasti Komnenoi yang memerintah Kekaisaran Bizantium dari Konstantinopel.

Namun, setelah Konstantinopel dirampok oleh Tentara Salib pada tahun 1204, Komnenoi kembali memerintah di Trebizond. Negara itu menjadi penerus Kekaisaran Bizantium, dan di sini, nubuat darah AIMA kembali berlanjut.