Nationalgeographic.co.id—Wisata Danau Toba tidak melulu soal destinasi pemandangan dari daratan. Danau yang luasnya sekitar 1.130 kilometer persegi ini masih menyimpan pesona yang patut dinikmati wisatawan, termasuk di atas muka airnya yang tenang.
Sore itu, tim National Geographic Indonesia bersama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) bertolak dari Pelabuhan Tomok setelah menjelajahi sisi barat Danau Toba. Perjalanan dilanjutkan dengan feri menuju Parapat yang berada di sisi timur danau.
Pemandangan di tengah perairan Danau Toba agak lain dibandingkan di daratan. Saya melihat Danau Toba yang terbentuk dari letusan supervulkanik di masa lampau, begitu nyata. Danau ini bak dikelilingi tembok langit yang dulunya adalah lereng pegunungan yang sudah hancur lebur.
Cuacanya pun berbeda. Awan tidak berkumpul di atas langit tempat kami berlayar seperti di Togaraja atau Bukit Holbung yang menyebabkan hujan sering turun. Pelayaran kami dihadirkan dengan pemandangan sore dengan awan-awan tebal yang menyelimuti ketinggian tepi kaldera.
Kesempatan menikmati senja dan bermain di atas air Danau Toba pun tidak boleh kami lewatkan. Setelah mendarat di Parapat, kami segera menyambangi penginapan Danau Toba International Cottage, dan segera beraktivitas akuatik dengan paddle dan kayak.
Hanya saja, Parapat yang begitu ramai justru terasa sepi begitu kami bersantai di atas air. Yang terlihat sedari tadi setelah mendarat di Parapat, hanya kapal yang lalu lalang mengantarkan penumpang ke sekitar sisi danau. Suasana ini seolah membawa saya merasa canggung: "Apakah beraktivitas di danau dilarang?"
"Untuk kegiatan akuatik, sebenarnya Danau Toba relatif aman sebenarnya," kata Mahendratta Sambodho, mitra National Geographic Indonesia dalam perjalanan Trail of the Kings kali ini sebagai Konsultan Pembuatan Standar Operasi dan Prosedur dan Paket Wisata.
Rupanya, kegiatan wisata air di sini kurang begitu bersinar. Penyebabnya, penunjang kegiatan wisata air di Danau Toba belum begitu ditunjang dan masih kurangnya pendampingan bagi masyarakat sekitar untuk memanfaatkannya. Pada akhirnya, banyak orang yang datang dari luar Danau Toba, seperti Medan dan Jakarta, mulai memanfaatkannya.
Mahendratta atau yang biasa disapa Dodot, mengatakan bahwa salah satu penunjang kegiatan ini, jika masih begitu awal di Danau Toba, bisa melibatkan kegiatan wisata lainnya. "Aktivitas seperti ini semestinya bisa dikerjasamakan dalam bentuk paket trip dengan guide dari orang lokal, dan itu harus dilatih," terang Dodot.
Ada banyak potensi kegiatan di Danau Toba yang bisa disinergikan dengan aktivitas paddle dan kayak. Dodot mencatat, kegiatan yang berkembang dan sudah ada di sini antara lain bersepeda, treking, free-dive, dan spearfishing. Dengan adanya rentetan paket seperti itu dapat menawarkan ragam pengalaman bagi wisatawan.
Menghidupi wisata air Danau Toba
Saya menjumpai beberapa penginapan kelas atas di sekitar Samosir memiliki jet ski yang menandakan minat wisata air cukup tinggi. Minat itu pun tampak bagaimana ajang internasional seperti F1 Powerboat (F1 H20) diselenggarakan, yang mendorong kunjungan wisatawan.