Ekspedisi Zooxanthellae XVII: Bersama Adat Merawat Pesisir dan Segara Negeri Kataloka

By National Geographic Indonesia, Rabu, 13 Desember 2023 | 11:48 WIB
Kegiatan utama dalam Ekspedisi Zooxanthellae XVII,  yakni eksplorasi ilmiah bawah air di sembilan lokasi penyelaman kawasan perairan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur.
Kegiatan utama dalam Ekspedisi Zooxanthellae XVII, yakni eksplorasi ilmiah bawah air di sembilan lokasi penyelaman kawasan perairan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur. (FDC IPB University)

Hasil penyelaman dan pengamatan secara keseluruhan menunjukkan ekosistem terumbu karang di seluruh lokasi masih tergolong dalam kategori baik.

Setidaknya ditemukan 1.118 koloni karang dengan total genus karang sebanyak 69, didominasi genus Acropora. Biomassa ikan di seluruh lokasi penyelaman tercatat mencapai 50 ton dengan jumlah ikan mencapai 10.477 individu dari 233 spesies, spesies ikan terumbu didominasi oleh Pterocaesio randalli (ikan ekor kuning). Makrobenthos tercatat sebanyak 22.337 individu dari total 135 spesies, didominasi oleh spesies Atriolum robustum (Tunikata).

Selain dari segi ekologi, sosial budaya masyarakat Negeri Kataloka tidak kalah menarik. Terdapat budaya Sasi atau “Ngam” dan aktivitas “Meti Ara”. Sasi merupakan suatu aturan larangan sementara dalam waktu tertentu untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu sebelum waktu yang ditentukan selesai. Berkat sasi keberadaan sumberdaya alam dapat memilliki ruang untuk memulihkan dirinya dan tidak terganggu dengan pemanfaatan.

“Meti Ara” merupakan aktivitas penangkapan ikan masyarakat Pulau Grogos dengan menggunakan bantuan Tali Koor dan Akar Borre. Tali Koor merupakan jaring cincin yang dibentangkan untuk mencegah ikan kabur. Akar Borre adalah sebuah tumbuhan yang ada di Pulau Koon digunakan masyarakat lokal untuk menganestesi ikan selama penangkapan.

Kegiatan keseluruhan eksplorasi ilmiah ini digelar selama selama 7 hari sampai 6 Oktober 2023. Keseluruhan hasil ekspedisi dipublikasikan melalui Seminar Hasil dan Talkshow Ekspedisi Zooxanthellae XVII, dengan judul seminar hasil "Bahari Negeri Kataloka" dan tema talkshow "Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) untuk Perikanan Berkelanjutan melalui Monitoring Ekosistem Terumbu Karang dan Budaya Sasi".

Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan, Dr. Ridwan Mulyana, S.Pi, M.T. dan Dr. Anastasia Rita Tisiana Dwi Kuswardani, M.T. selaku Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan dan Ketua Tim Pelaksana Unit Kerja Menteri yang mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan.

Kami juga turut mengundang Raja Muda Kataloka, Vitho Rumarey Wattimena untuk mengulas Negeri Kataloka lebih dalam lagi. Budaya Negeri Kataloka menjadi sorotan utama dalam acara ini, budaya "Ngam" nyatanya menjadi penyangga kelestarian alamnya, dengan konsekuensi yang berat apabila dilanggar.

Kelestarian ekosistem terumbu karang Negeri Kataloka juga didukung oleh kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pemerintah menetapkan wilayah Negeri Kataloka menjadi kawasan konservasi pada 2020.

Kondisi tutupan terumbu karang di kawasan sebelum ditetapkannya menjadi kawasan konservasi berada dalam kondisi sedang. Namun, setelah ditetapkan menjadi kawasan konservasi kini berada dalam kondisi baik.

Temuan ini membuktikan bahwa segala hal lebih mungkin tercapai jika banyak pihak yang membuka mata turut mendukung. Mari terus bersama-sama menjaga kekayaan alam kita.