Warna-Warna Indah yang Paling Mematikan Sepanjang Sejarah Dunia

By Sysilia Tanhati, Kamis, 14 Desember 2023 | 15:00 WIB
Sepanjang sejarah dunia, peradaban kuno telah menggunakan berbagai cara cerdik untuk menciptakan pigmen untuk mewarnai. Meskipun beberapa pigmen benar-benar menakjubkan dan mencolok, namun tidak sedikit yang mematikan. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah dunia, peradaban kuno telah menggunakan berbagai cara cerdik untuk menciptakan pigmen untuk mewarnai—baik untuk mewarnai pakaian, benda, maupun bangunan. Meskipun beberapa pigmen benar-benar menakjubkan dan mencolok, namun tidak sedikit yang mematikan.

Sebelum periode modern awal, sebagian besar pigmen diperoleh dari sumber alami, baik yang berasal dari organik maupun anorganik. Dengan munculnya revolusi ilmu pengetahuan dan industri, jangkauan pigmen sintetis meningkat pesat.

Timah merah untuk potret dan lukisan dinding

Timbal putih bukan satu-satunya pigmen yang mengandung timbal dalam sejarah dunia. Pigmen lain dengan unsur kimia ini adalah timbal merah, yang memiliki rumus kimia Pb3O4. Pigmen ini disebut juga minium, yang berasal dari Sungai Minius di barat laut Spanyol.

Dari sanalah mineral minium alami ditambang pada zaman kuno. Penggunaan timbal merah alami dihentikan setelah bentuk pigmen sintetis ditemukan.

Vitruvius, arsitek Romawi kuno, melaporkan bahwa timbal merah ditemukan secara kebetulan ketika timbal putih dibuang ke dalam api. Ia mencatat bahwa produk sintetis jauh lebih baik daripada produk alami. Timbal merah sintetis juga diproduksi di Kekaisaran Tiongkok sejak Dinasti Han. Namun tidak ada bukti bahwa bentuk alami pigmen ini pernah digunakan di sana.

Contoh paling awal penggunaan timah merah secara langsung berasal dari Mesir. Pigmen ini ditemukan telah diterapkan pada potret mumi Fayum, yang berasal dari abad ke-2 dan ke-4 Masehi. Penggunaan timah merah juga diidentifikasi di wilayah timur, misalnya pada lukisan dinding di Tiongkok tengah (abad ke-5 dan ke-9 M). Juga lukisan dinding Buddha dari Afghanistan (abad ke-6 M).

Pada zaman dahulu, timbal merah sering digunakan untuk memalsukan cinnabar, pigmen mematikan lainnya.

Salah efek samping timbal pada kesehatan adalah terjadinya gangguan sistem saraf.

Kuning Napoli

Pigmen berbahaya lainnya yang mengandung timbal adalah timbal antimonat kuning, juga dikenal sebagai kuning Napoli. Pigmen tersebut memiliki rumus kimia berikut, Pb3(SbO4)2 dan merupakan garam dari dua logam yang sangat beracun, timbal dan antimon. “Oleh karena, pigmen ini sangat beracun,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.

Kuning Napoli awalnya digunakan di Mesir kuno dan Mesopotamia sebagai pewarna kuning dan opacifier pada gelas dan glasir.

Beberapa pigmen lainnya, kuning antimonit timbal hilang dan ditemukan kembali beberapa kali sepanjang sejarah. Penggunaan pigmen kuning ini mencapai puncak popularitasnya dalam seni Eropa antara tahun 1750 dan 1850. Selama waktu ini, kuning Napoli merupakan pigmen kuning dominan yang digunakan oleh seniman lanskap. Setelah periode ini, timbal antimonat kuning perlahan-lahan digantikan oleh kuning krom dan kemudian kuning kadmium.

Uranium oranye: pigmen radioaktif

Pigmen mematikan lainnya adalah adalah uranium oranye yang merupakan produk abad ke-20. Berbeda dengan pigmen lain, uranium oranye tidak digunakan oleh pelukis, tetapi secara khusus sebagai glasir keramik.

Pada tahun 1936, rangkaian peralatan makan keramik berlapis kaca yang dikenal sebagai Fiesta (atau Fiestaware) diperkenalkan di Amerika Serikat. Fiesta asli hadir dalam lima warna – merah, biru, hijau, gading, dan kuning, dengan merah menjadi warna paling populer. Untuk mendapatkan warna merah ini, uranium oksida ditambahkan ke dalam glasir.

Sejak awal produksinya hingga tahun 1943, uranium alam telah digunakan. Selama Perang Dunia II, pasokan uranium perusahaan disita oleh pemerintah karena diperlukan untuk produksi senjata nuklir. Ketika produksi dilanjutkan pada tahun 1959, uranium yang sudah habis digunakan sebagai gantinya.

Tentu saja, uranium adalah unsur radioaktif. Menggunakan piring berlapis uranium meningkatkan risiko berkembangnya tumor atau kanker, terutama pada saluran pencernaan. Untungnya, piringan Fiesta modern tidak bersifat radioaktif, karena uranium yang sudah habis hanya digunakan dalam lapisan keramik hingga tahun 1972-73.

Timbal putih yang cerah namun mematikan dalam sejarah dunia

Salah satu pigmen yang paling umum digunakan dan menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia adalah timbal putih. Timbal putih berasal dari setidaknya 2.500 tahun yang lalu. “Timbal ini merupakan salah satu pigmen sintetis paling awal yang diproduksi manusia,” tambah Mingren.

Warna ini disebutkan oleh filsuf abad ke-4 SM Theophrastus dari Eresos. Dalam karyanya, On Stones, filsuf ini menyatakan bahwa timbal putih dapat diperoleh dengan mencampurkan timbal logam dengan cuka.

Resep khusus ini diulangi oleh penulis lainnya, termasuk Pliny, yang memberikan uraian berikut dalam karyanya Natural History:

“Bahan ini terbuat dari serutan timah yang sangat halus, ditempatkan di atas bejana berisi cuka yang paling kuat. Serutan pun menjadi larut. Yang dimasukkan ke dalam cuka dikeringkan terlebih dahulu, lalu ditumbuk dan diayak. Setelah itu dicampur lagi dengan cuka, lalu dibagi menjadi tablet dan dijemur selama musim panas.”

Sekitar waktu yang sama, yaitu abad ke-4 SM, prosedur serupa digunakan di Kekaisaran Tiongkok untuk memproduksi timah putih.

Timbal putih merupakan favorit di kalangan pelukis Eropa. Namun yang lebih tragis, bahan ini digunakan oleh orang Mesir kuno, Yunani, dan Romawi dalam pembuatan salep dan kosmetik. Tentu saja, penggunaannya memiliki konsekuensi yang mengerikan.

Timbal putih sangat berbahaya bagi manusia dan hewan. Timbal ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui salah satu dari tiga cara – inhalasi, penyerapan kulit, dan konsumsi.

Gejala keracunan timbal bervariasi tergantung pada kelompok umur. Misalnya, orang dewasa yang terpapar timbal akan mengalami sakit kepala, sakit perut, nyeri sendi dan otot, serta tekanan darah tinggi. Sedangkan anak-anak mungkin mengalami keterlambatan perkembangan, kesulitan belajar, dan penurunan berat badan.

Timbal putih digunakan oleh pelukis Eropa jauh setelah periode Klasik. Pigmen ini sangat penting hingga abad ke-19. Faktanya, timbal putih merupakan satu-satunya pigmen putih yang digunakan dalam lukisan kuda-kuda Eropa. Baru pada abad ke-20 pigmen putih alternatif, putih titanium dioksida, tersedia bagi para pelukis.

Arsenik hijau: pigmen yang mematikan

Pigmen mematikan ini tidak ada di dunia kuno dan baru ditemukan pada abad ke-18. Nama Scheele's Green diambil dari nama penemunya, Carl Wilhelm Scheele. Ia adalah seorang ahli kimia Swedia yang sedang melakukan penelitian tentang arsenik pada saat itu.

Scheele pertama kali memproduksi pigmen hijau sintetis ini pada tahun 1775.

Sebelum penemuan Scheele's Green, warna hijau berasal dari pigmen tembaga karbonat, termasuk verdigris dan perunggu. Namun, dibandingkan dengan Scheele's Green, pigmen hijau ini lebih kusam dan kurang tahan lama. Selain itu, pigmen hijau Scheele lebih meniru warna hijau dedaunan dibandingkan pigmen lama.

Terakhir, Scheele's Green murah dan mudah dibuat. Oleh karena itu, Scheele's Green menggantikan pigmen hijau tua segera setelah penemuannya. Pigmen hijau baru ini tidak hanya digunakan untuk lukisan, tetapi juga untuk berbagai produk sehari-hari. Misalnya kertas dinding, kain, dan bahkan beberapa mainan anak-anak.

Namun popularitas Scheele's Green tidak bertahan lama. Hal ini bukan karena beracun, tetapi karena penemuan pigmen hijau lainnya, hijau zamrud, juga dikenal sebagai hijau Paris. Pigmen ini ditemukan pada tahun 1808 dan dimaksudkan sebagai penyempurnaan dari Scheele's Green.

Memang benar, ia dengan cepat menggantikan Scheele's Green ketika tersedia secara komersial pada tahun 1814. Seperti Scheele's Green, hijau zamrud sarat dengan arsenik.

Tidak jelas kapan tepatnya Scheele's Green tidak lagi digunakan. Sementara hijau zamrud terus digunakan sebagai pigmen hingga tahun 1960an di Eropa dan Amerika Serikat.

Karena pigmen ini digunakan dalam produk sehari-hari, maka lebih banyak orang yang berisiko mengalami keracunan. Hal ini tidak terbatas pada mereka yang menggunakan produk-produk yang mengandung arsenik, tetapi juga mereka yang terlibat dalam produksinya.

Kematian Matilda Scheurer, pembuat bunga London abad ke-19, dipublikasikan secara luas. Publikasi itu menyoroti bahaya arsenik dalam pigmen hijau ini. Saat itu, bunga tiruan sedang digemari dan daun tiruan ditaburi bubuk hijau agar terlihat lebih alami dan realistis.

Kemungkinan korban lain dari Scheele's Green adalah Napoleon Bonaparte. Setelah kekalahannya dalam Pertempuran Waterloo pada tahun 1815, kaisar Prancis diasingkan ke Saint Helena. Di pulau itu, ia tinggal di sebuah ruangan bercat hijau. Beberapa pihak berspekulasi bahwa arsenik dari kertas dinding itulah yang menyebabkan kematiannya. (Baron Steuben)

Para pekerja di pabrik-pabrik bunga tiruan juga terpapar arsenik. Arsenik masuk ke tubuh mereka melalui penghirupan. Otopsi Scheurer menunjukkan bahwa arsenik yang dihirupnya telah mencapai organ internalnya, yaitu perut, hati, dan paru-parunya. Arsenik telah menghancurkannya dari dalam ke luar.

Kemungkinan korban lain dari Scheele's Green adalah Napoleon Bonaparte. Setelah kekalahannya dalam Pertempuran Waterloo pada tahun 1815, kaisar Prancis diasingkan ke Saint Helena. Di pulau itu, ia tinggal di sebuah ruangan bercat hijau.

Beberapa pihak berspekulasi bahwa arsenik dari kertas dinding itulah yang menyebabkan kematiannya.

Vermilion yang mengandung merkuri beracun

Timbal bukan satu-satunya unsur kimia yang berbahaya bagi manusia. Merkuri adalah unsur lain yang dikenal saat ini karena sifat mematikannya. Merkuri ditemukan di cinnabar, mineral yang digunakan pada zaman kuno untuk menghasilkan pigmen merah terang atau tua (vermilion).

Merkuri ada dalam tiga bentuk, yaitu unsur, organik, dan anorganik. Merkuri yang ditemukan di cinnabar bersifat anorganik dan merupakan bentuk yang paling tidak berbahaya dari ketiganya. Meskipun demikian, bahan ini tetap beracun dan dapat masuk ke dalam tubuh.

Gejala keracunan merkuri pada orang dewasa antara lain kelemahan otot, kurangnya koordinasi, serta kesulitan berbicara dan mendengar. Anak-anak yang terpapar merkuri kadar tinggi mungkin mengalami keterbelakangan dalam perkembangan bicara dan bahasa, kognisi, dan kesadaran visual-spasial.

Terlepas dari toksisitasnya, cinnabar digunakan untuk produksi vermilion sejak zaman kuno. Sebagai contoh, cinnabar dikatakan telah digunakan pada pemakaman di Tiongkok awal.

Selama Dinasti Shang dan Zhou, cinnabar tersebar di kuburan. Orang Tiongkok kuno meyakini jika cinnabar mampu mengawetkan jenazah. Cinnabar juga merupakan mineral penting dalam alkimia Tiongkok kuno. Cinnabar menjadi salah satu bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan batu bertuah legendaris.

Cinnabar juga dikenal orang Romawi kuno. Vitruvius, misalnya, menulis tentang proses pembuatan vermilion dari cinnabar. Menurut penulis kuno, mineral yang diekstraksi terlebih dahulu dikeringkan dan dihancurkan. Setelah itu dicuci dan dipanaskan berulang kali untuk menghilangkan kotoran dan menonjolkan warnanya.

Setelah pigmen siap, pigmen tersebut dapat digunakan untuk mewarnai plesteran dinding interior yang telah dipoles. Pigmen ini stabil selama tidak terkena sinar matahari. Paparan sinar matahari menyebabkan reaksi kimia pada pigmen yang mengakibatkan hilangnya warna. Oleh karena itu, vermilion berubah dari warna aslinya yang merah cerah menjadi cokelat, hitam, atau abu-abu seiring berjalannya waktu.

Vermilion sintetis muncul pada abad ke-8 M dan diperkirakan proses tersebut ditemukan oleh orang Tiongkok. Kemungkinan besar pengetahuan ini dibawa ke Barat oleh orang-orang Arab. Berabad-abad setelah penemuannya, vermilion sintetis banyak digunakan sebagai pigmen oleh seniman Barat.