Meskipun mengalami kemunduran, Hideyoshi tidak siap untuk melepaskan mimpinya. Pada tahun 1594, dia mengirim pasukan invasi kedua ke Semenanjung Korea.
Namun, dengan bantuan Dinasti Ming, lagi-lagi Korea mampu menekan serangan pasukan Jepang. Kekaisaran Jepang di ambang kekalahan.
Saat kekalahan mulai terasa bagi pasukan Jepang, mereka melakukan kekejaman mengerikan seperti memotong hidung penduduk Korea di beberapa desa.
Bak piala, hidung-hidung tersebut kemudian diserahkan kepada para komandan Jepang. Selain itu, mereka merusak atau merampas karya seni dan pengetahuan ilmiah yang sangat berharga.
“Sudah jelas sejak awal kampanye bahwa Jepang tidak akan menaklukkan Korea. Daripada semua usaha itu sia-sia, oleh karena itu, Jepang mulai menangkap dan memperbudak orang Korea yang mungkin berguna bagi Jepang,” jelas Kallie.
Perkiraan jumlah total orang Korea yang diperbudak dan dibawa kembali ke Jepang berkisar antara 50.000 hingga 200.000 orang.
Sebagian besar kemungkinan besar adalah petani atau buruh. Selain itu, cendekiawan dan perajin Konfusianisme seperti pembuat tembikar dan pandai besi sangat sangat berharga bagi mereka.
Namun, Kallie menjelaskan, pengaruh paling terlihat dari orang-orang Korea yang diperbudak ini di Jepang adalah gaya keramik.
Yi Sam-pyeong dan Tembikar Arita
Salah satu perajin keramik Korea yang diculik oleh tentara Hideyoshi adalah Yi Sam-pyeong. Kisahnya adalah contoh yang menunjukkan bagaimana perajin Korea memainkan peran penting dalam pengembangan industri tembikar di sana.
Bersama dengan seluruh keluarga besarnya, Yi dibawa ke kota Arita, di Prefektur Saga di pulau Kyushu bagian selatan.