Menurut de Lorme, kostum itu "terbuat dari kulit Maroko," dan dirancang untuk menutupi seluruh tubuh dokter, melindunginya dari potensi infeksi.
Ciri yang paling dikenal dari kostum Dokter Wabah adalah topengnya yang berbentuk seperti paruh. 'Paruh' ini bukanlah pilihan desain yang aneh; itu memiliki tujuan praktis. Paruhnya berisi zat aromatik dan jerami yang dipercaya dapat menyucikan udara yang dihirup dokter.
Hal ini didasarkan pada teori racun penyakit yang lazim pada saat itu, yang mendalilkan bahwa penyakit menyebar melalui 'udara buruk'.
Kostumnya juga termasuk topi bertepi lebar, yang menunjukkan profesi dokter, dan mantel panjang berlapis lilin.
Mantel tersebut, bersama dengan celana kulit, sarung tangan, dan sepatu bot, menciptakan penghalang antara dokter dan dunia luar.
Untuk lebih melindungi diri mereka sendiri, para dokter membawa tongkat kayu yang mereka gunakan untuk memeriksa pasien tanpa menyentuh mereka.
Terlepas dari tujuan praktisnya, kostum itu jauh dari sempurna. Pemahaman tentang penularan penyakit masih belum sempurna selama Abad Pertengahan, dan kostum tersebut memberikan perlindungan terbatas.
Namun, hal ini memberikan kenyamanan psikologis bagi para dokter dan membuat mereka mudah dikenali di tengah orang banyak.
Bagaimana cara dokter mencoba menyembuhkan wabah tersebut?
Praktik dan perawatan medis yang dilakukan oleh Dokter Wabah mencerminkan pemahaman medis pada saat itu, yang sayangnya masih kurang memadai. terbatas.
Teori kuman penyakit, yang mendasari pengobatan modern, baru dikembangkan berabad-abad kemudian. Sebaliknya, teori yang banyak beredar adalah teori miasma, atau "udara buruk". yang diyakini menjadi penyebab wabah dan banyak penyakit lainnya.
Dokter Wabah diketahui menggunakan berbagai pengobatan, banyak di antaranya dianggap aneh atau bahkan berbahaya menurut standar saat ini.