Budaya Atlantis berakar kuat pada kehebatan maritim dan keyakinan spiritualnya. Sebagai negara adidaya angkatan laut, Atlantis mendominasi lautan, membangun jalur perdagangan dan memberikan pengaruh atas wilayah yang luas.
Penduduk pulau itu menyembah dewa-dewa. Tentunya dengan Poseidon, dewa laut, sebagai pemimpinnya. Namun, seiring berjalannya waktu, tatanan moral masyarakat Atlantis mulai terkikis.
Plato menggambarkan kemerosotan kebajikan bangsa Atlantis. Dari generasi ke generasi, bagian ketuhanan dari silsilah mereka semakin berkurang. Seiring dengan itu, mereka menjadi serakah, dan haus kekuasaan.
Berbagai teori keberadaan Atlantis sebagai kota yang hilang telah diajukan, termasuk bahwa Atlantis adalah tenggelamnya kebudayaan Minoa atau bahwa itu terletak di Antartika. Meskipun tidak ada bukti yang mengonfirmasi atau membantah eksistensi Atlantis sebagai kota yang hilang, mitos ini tetap memberikan daya tarik.
Beberapa melihatnya sebagai kisah nyata dalam alur waktu, sementara yang lain melihatnya sebagai karya fiksi filosofis mendalam. Pada akhirnya, cerita Atlantis mencerminkan ketertarikan manusia pada misteri, petualangan, dan keingintahuan terhadap sejarah hilang.