Sejarah Dunia: Kisah Kudapan Natal yang Membuat Dua Negara Bersaing

By Sysilia Tanhati, Minggu, 24 Desember 2023 | 07:00 WIB
Dalam sejarah dunia, ada banyak persaingan antara dua negara. Salah satunya adalah persaingan kudapan khas Natal, pavlova, antara Australia dan Selandia Baru. Dua-duanya sama-sama mengakui bahwa pavlova ada hidangan khas negara masing-masing. (Brett Jordan)

Nationalgeographic.co.id—Salah satu yang khas saat perayaan Natal adalah menyajikan hidangan yang biasanya muncul di waktu-waktu spesial. Dalam sejarah dunia, ada banyak hidangan Natal yang menjadi ciri khas suatu negara atau wilayah.

Selama beberapa tahun terakhir, Annabelle Utrecht, sejarawan Australia, dan Andrew Paul Wood, sejarawan Selandia Baru, berada di tengah perseteruan. Objek perselisihan mereka adalah makanan penutup meringue dengan krim dan buah yang disebut pavlova. Baik Australia maupun Selandia Baru mengeklaim bahwa makanan penutup ini berasal dari negara mereka.

Namun Utrecht dan Wood memutuskan untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut untuk selamanya. “Kami bertekad untuk membuktikan satu sama lain salah,” kata Utrecht.

Kedua sejarawan tersebut menyelami sejarah pavlova. Hasil penelitian membawa mereka kepada fakta bahwa pavlova tidak berasal dari kedua negara. Mereka mendapatkan gambaran menarik tentang bagaimana makanan menyebar ke seluruh dunia dan mengalami perubahan dalam sejarah.

Pavlova bukan satu-satunya makanan yang diklaim kedua negara sebagai milik mereka. “Ada argumen serupa mengenai pai daging, biskuit Anzac, dan Lamingtons dalam sejarah dunia,” kata Wood.

Profesor Paul Freedman, yang berspesialisasi dalam sejarah masakan di Universitas Yale, menyebut persaingan kuliner internasional sebagai penegasan identitas.

Beragam upaya dilakukan untuk menyelesaikan “perseteruan”

Berbagai upaya telah dilakukan untuk membuktikan asal-usul pavlova sebelumnya. Pada tahun 2008, Helen Leach menerbitkan bukunya The Pavlova Story: A Slice of New Zealand’s Culinary History. Ia mendokumentasikan 21 resep dalam buku masak pavlova Selandia Baru sebelum resep pertama muncul di Australia pada tahun 1940.

Kamus Bahasa Inggris Oxford juga telah mencoba untuk menyelesaikannya. Hal tersebut terjadi ketika tercatat bahwa resep pavlova pertama yang tercatat diterbitkan di Selandia Baru pada tahun 1927. Dari kedua negara tersebut, Selandia Baru tampaknya menjadi pemenangnya.

Ketika Utrecht dan Wood mulai meneliti pertanyaan ini, mereka menelusuri pavlova lebih jauh lagi. Penelitian dilakukan hingga ke akar-akarnya. Mereka menemukan bahwa Maizena (merek tepung maizena) milik Duryea menerbitkan resep meringue yang mengandung tepung maizena mulai tahun 1860an.

Tepung maizena ini diimpor dari Amerika Serikat ke Selandia Baru dan Australia. Dan resep makanan penutup dari perusahaan ini dapat ditemukan di surat kabar Selandia Baru sejak tahun 1870-an. Resep-resep ini mungkin menginspirasi hidangan penutup meringue awal di Australia dan Selandia Baru. Di sana, kudapan tersebut berganti nama menjadi pavlova.

Lalu, kedua sejarawan menelusuri sejarah resep meringue di Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa kemungkinan besar resep tersebut berasal dari petit meringue Eropa dari abad ke-17 dan awal abad ke-18. Kudapan itu kemudian menjadi makanan penutup yang lebih kompleks dan lebih besar yang dikenal sebagai spanische windtorte di Austria.

Alih-alih meringue dengan krim dan buah di atasnya, spanische windtorte memiliki krim dan buah di dalam meringue. Ketika imigran Jerman pindah ke Amerika Serikat, mereka membawa resep makanan penutup serupa seperti schaum torte dan baiser torte. Tak lama kemudian, meringue menjadi cukup populer hingga sampai ke Selandia Baru.

Ringannya pavlova mengimbangi beratnya makan malam Natal tradisional. Selain itu, ada juga makanan penutup yang kaya rasa seperti pai cincang atau puding plum. (DO'Neil/CC BY-SA 3.0)

Pencarian asal-usul makanan penutup ini dipersulit dengan namanya. Nama pavlova diambil dari nama Anna Pavlova, balerina terkenal Rusia yang melakukan tur di Australia dan Selandia Baru pada tahun 1926. Dan kudapan ini bukan satu-satunya hidangan yang diberi nama untuk menghormatinya.

Anehnya, Utrecht dan Wood menemukan makanan penutup bernama “strawberry pavlova” dari tahun 1911. Bahkan sebelum Anna Pavlova tiba di Selandia Baru. Yang lebih tak terduga lagi, strawberry pavlova adalah makanan penutup sorbet, tanpa meringue.

Bahkan saat orang menelusuri asal muasal pavlova, pavlova menjadi semakin populer, terutama saat Natal. Di kedua negara, makanan penutup Natal secara tradisional mengikuti jejak asal kolonial mereka. Biasanya berupa kue buah, puding plum, dan hidangan berbumbu lainnya.

Freedman mengatakan bahwa pavlova tidak sesuai dengan pola dasar makanan penutup Natal pada umumnya. “Kudapan ini bukan makanan penutup yang rumit, tidak perlu waktu berhari-hari untuk membuatnya. Dan tidak seperti puding plum yang bisa disimpan selama sebulan sebelum Anda menyajikannya,” katanya.

Utrecht menjelaskan bahwa ringannya pavlova mengimbangi beratnya makan malam Natal tradisional. Selain itu, ada juga makanan penutup yang kaya rasa seperti pai cincang atau puding plum. Lalu ada fakta bahwa, bagi warga Australia dan Selandia Baru, Natal jatuh pada puncak musim panas. “Pada hari-hari yang terik di belahan bumi selatan, pavlova memiliki rasa manis yang menyejukkan,” kata Utrecht.

Kapan tradisi pavlova dimulai?

Hubungan pavlova dengan Natal dimulai pada tahun 1934 di Selandia Baru. Saat itu Departemen Listrik Kota di Papanui, Christchurch, menambahkan kue pavlova dalam demonstrasi memasak.

“Demonstrasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan masakan listrik kepada perempuan Kiwi,” kata Utrecht, “dan meringue di pavlova adalah kandidat sempurna untuk menggunakan pengocok telur listrik.”

Di Australia, makanan penutup serupa adalah meringue with fruit filling karya Emily Futter. Hidangan ini yang diterbitkan di kolom resep Natal pada bulan Desember 1921.

Sangat mudah untuk melihat mengapa pavlova menjadi hidangan klasik Natal. Menurut Utrecht, ini adalah makanan penutup yang mudah dan ekonomis untuk dibuat. Karena alasan ini, hal ini dihargai oleh warga Selandia Baru dan Australia.

Menurut Wood, argumen mengenai pavlova hanya menambah semangat hubungan Trans-Tasman. “Keluarga bertengkar,” katanya. “Memiliki banyak hal untuk diperdebatkan membuat kita lebih dekat.”