Qasr al-Farid dan Tsamud yang Perkasa dalam Senyap Sejarah Dunia

By Galih Pranata, Minggu, 24 Desember 2023 | 14:55 WIB
Tradisi Islam menyebutkan bahwa Al-Hijr atau Madain Shalih dihuni oleh Kaum Tsamud yang perkasa, memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu dan menyembah berhala. (Ahmad AlHasanat/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Kisah-kisah Kenabian kerap kali terselimuti dengan kenyataan kontekstual historiografi Barat. Kabut tebal menutupi jejak artefak yang terpendam ribuan tahun silam.

Namun, muncul satu situs arkeologi yang mengisahkan jejak Kenabian dan kaumnya, bernama Qasr al-Farid. Qasr al-Farid adalah makam batu besar di tengah gurun di wilayah Madâin Sâlih. Wilayah ini juga dikaitkan dengan kisah Nabi Saleh as dalam kepercayaan Islam.

Sejatinya nama Madâin Sâlih memiliki arti Kota (Nabi) Saleh. Tempatnya berada di Provinsi Madinah, Arab Saudi. Madâin Sâlih dan Qasr Al-Farid merupakan peninggalan dari peradaban Nabatea yang sudah ada sejak era Nabi Shalih, sekitar abad ke-1 M.

Dalam kepercayaan Islam, para penduduk Nabatea yang dimaksud diduga adalah kaum Tsamud yang menghuni wilayah tersebut sejak awal masehi. Begitu pun dalam kitab suci Al Quran disebutkan tentang tugas Nabi Saleh dalam mendakwah Tsamud.

Keindahan Qasr al-Farid juga menggambarkan peradaban Tsamud yang perkasa. Seperti yang tertulis dalam Al-Quran surah Al-Fajr ayat 9: "Dan kaum Tsamud (orang-orang), yang menebang batu-batu di lembah (untuk dijadikan tempat tinggal)."

Tsamud dikenal dengan keperkasaannya, mengukir batu menjadi hunian. Mereka mendirikan bangunan-bangunan besar di dataran dan mengukir rumah-rumah indah dari bebatuan pegunungan yang lebat.

Peradaban kaum Tsamud atau Nabatea telah menunjukkan keperkasaannya di masa silam. Hal itu menyiratkan adanya kemampuan luar biasa kaum Nabi Saleh dalam membangun arsitektural yang memesona sejarah dunia.

"Kerajaan Nabatea menguasai wilayah yang terbentang dari Levant selatan hingga Arabia utara, posisi yang memungkinkan bagi mereka untuk mengontrol Rute Dupa yang melewati Semenanjung Arab," tulis Hatoon Ajwad Al-Fassi.

Ia menulis kisah tentang kekuasaan kerajaan Nabatea di wilayah Madâin Sâlih dalam jurnal internasional JSTOR, berjudul The Taymanite tombs of Madāʾin Șāliḥ (Ḥegra) yang diterbitkan pada 1997.

Orang-orang Nabatea yang penuh teka-teki pada awalnya adalah suku nomaden. "Akan tetapi, sekitar 2.500 tahun yang lalu, mereka mulai membangun pemukiman besar dan kota-kota yang makmur dari abad pertama SM hingga abad pertama M, termasuk kota Petra yang megah di Yordania," tulis Al-Fassi.

"Sebagai hasil dari perdagangan yang menguntungkan ini, orang-orang Nabatea menjadi sangat kaya dan berkuasa di wilayah tersebut," lanjutnya. Orang-orang Nabatea diduga menjadi titik balik kemajuan bangsa Arab di bidang ekonomi, khusunya perdagangan.

"Selain kegiatan pertanian mereka, mereka mengembangkan sistem politik, seni, teknik, tukang batu, astronomi, dan menunjukkan keahlian hidrolik yang menakjubkan, termasuk pembangunan sumur, waduk, dan saluran air," jelasnya.