Nationalgeographic.co.id—Perayaan Natal identik dengan Sinterklas. Dikenal juga sebagai Bapak Natal, Sinterklas adalah sosok periang yang mengenakan pakaian berwarna merah. Ia selalu digambarkan memiliki janggut yang lebat. Bagaimana asal-usul Sinterklas dalam sejarah dunia?
Sebagian besar keluarga yang merayakan Natal masih mempertahankan tradisi bahwa Bapak Natal akan mengunjungi anak kecil di malam Natal. Sinterklas akan mengisi stoking dengan hadiah dan suguhan untuk dibuka pada hari Natal. Tapi dari mana gagasan tentang Sinterklas berasal? Dan bagaimana sosok ini bisa begitu identik dengan pengalaman Natal keluarga?
Kisah Santo Nicholas dalam sejarah dunia
Asal usul Sinterklas yang paling awal dapat ditelusuri kembali ke uskup Yunani abad ke-4 dari Myra, yang disebut Santo Nicholas. Faktanya, bahkan saat ini, Sinterklas kadang-kadang disebut sebagai 'Saint Nick' sebagai penghormatan kepada santo Kristen awal ini.
Santo Nicholas dikisahkan melakukan serangkaian mukjizat yang agak aneh, termasuk membangkitkan kembali anak laki-laki yang dibunuh dan diawetkan oleh seorang pemilik penginapan.
Dalam cerita lain Santo Nicholas menyelamatkan tiga gadis muda yang akan dijadikan budak. Hal itu dilakukan dengan melemparkan tiga kantong emas ke cerobong asap mereka yang menjadi mas kawin mereka. Menurut legenda, emas tersebut mendarat di stoking mereka yang digantung hingga kering di dekat api. Kisah inilah yang memunculkan ide stoking isi.
Cerita tentang pemberian emasnya menjadi populer di seluruh Eropa di abad pertengahan. Kemudian menjadi praktik umum bagi orang dewasa untuk meninggalkan hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum tanggal 6 Desember. Setiap tanggal 6 Desember, Gereja merayakan hari raya Santo Nicholas.
Sinterklaas di Belanda
Karakter Sinterklaas muncul di Belanda sebagai orang suci yang baik hati dan murah hati. Ia secara ajaib dapat memasuki rumah melalui pintu atau cerobong asap yang terkunci. Sinterklaas kemudian meninggalkan jejak hadiah untuk anak-anak kecil di musim dingin.
Pasar yang merayakan Sinterklaas sangat populer di Belanda pada abad pertengahan. Pasar Natal itu dipenuhi dengan kios-kios yang menjual mainan dan camilan. Lalu ada Sinterklaas yang mengenakan jubah merah panjang muncul untuk menghibur penonton yang berkumpul.
"Seiring berjalannya waktu, narasi Sinterklaas meluas," tulis Rosie Lesso di laman The Collector. Muncul serangkaian karakter jahat yang menghukum anak-anak berperilaku buruk, termasuk Krampus, Pere Fouettard, Ru-Klaus, Pelsnickel, dan Knecht Rupert.
Bapak Natal di Inggris dalam sejarah dunia
Gagasan tentang 'Bapak Natal' dapat ditelusuri kembali ke Inggris setidaknya pada abad ke-15. Sebuah lagu Natal menggambarkan bagaimana seorang tokoh bernama 'Sir Christemas' menyebarkan berita tentang kelahiran Kristus.
Sementara itu pada masa Tudor dan Stuart, bangsawan mempekerjakan 'Lord of Misrule' untuk menghibur mereka selama perayaan musim dingin. Tokoh tersebut disebut 'Captain Christmas' atau 'Prince Christmas.' Namun penulis drama Inggris Ben Johnson-lah yang mempopulerkan gagasan tersebut pada tahun 1616.
Johnson menciptakan drama Christmas, His Masque. Drama tersebut berkisah tentang seorang lelaki tua berjanggut putih panjang. Ia menciptakan karakter yang diberi nama Old Christmas. Karakter itu memiliki janggut putih panjang dan tipis, mengenakan jubah panjang, dan ditemani oleh banyak putra dan putri.
Gagasan tentang Bapak Natal mendapat kecaman selama Perang Saudara Inggris. Tetapi setelah restorasi, minat publik terhadap karakter tersebut meningkat. Dalam A Christmas Carol karya Charles Dickens, 1843, Bapak Natal adalah sosok ahli yang mengenakan pakaian hijau.
Kris Kringle di Jerman
Sejalan dengan simbol Bapak Natal, umat Protestan selama reformasi di seluruh Eropa mencoba menghapus sosok Sinterklaas Belanda. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan gambaran Santo Nicholas.
Sebaliknya, orang Jerman mendorong gagasan tentang Yesus sebagai pemberi hadiah dan personifikasi semangat Natal. Orang Jerman memanggilnya Christkindl, yang kemudian berkembang menjadi Kris Kringle dalam bahasa Inggris.
Tradisi Sinterklas yang tidak pernah pudar dalam sejarah dunia
Meskipun demikian, tradisi Sinterklaas tidak pernah hilang sepenuhnya. Orang Belanda membawa kisah-kisah karakter tersebut ke New Amsterdam. Di sana mereka mengisahkan tentang pria periang yang terbang melintasi langit dengan kereta dan menjatuhkan hadiah ke cerobong asap.
Di koloni-koloni Amerika, karakter yang kadang-kadang disebut 'Sancte Claus' menjadi lebih umum dikaitkan dengan anak-anak. Salah satu puisi tahun 1821 oleh seorang penulis anonim diilustrasikan dengan seorang pria yang mengendarai kereta luncur yang dikendarai oleh rusa kutub. Pria itu konon mengantarkan hadiah pada Malam Natal. Hal ini kemudian diadaptasi oleh Clement Clarke Moore dalam puisinya A Visit from St Nicholas 1823. Puisi itu kemudian dikenal sebagai The Night Before Christmas.
Kisah ini tumbuh dan berkembang sejak saat itu, terutama melalui karya ilustrator Thomas Nast. Karyanya memainkan peran penting dalam mendefinisikan tampilan klasik Sinterklas yang kita kenal sekarang.
Sinterklas datang ke Inggris
Akhirnya Sinterklas pergi ke Inggris, di mana ia menyatu dengan narasi Bapak Natal. Warga Victoria dengan mudah menerima gagasan Sinterklas sebagai pembaruan modern terhadap Bapak Natal yang agak kuno. Dengan kedatangannya, maka muncullah banyak tradisi Natal lainnya termasuk pohon cemara, biskuit Natal, kartu Natal, dan pemberian hadiah pada hari Natal.
Kedua versi nama tersebut—Bapak Natal dan Sinterklas—tetap populer. Namun Sinterklas asal Belanda yang ceria, ceria, dan penuh semangatlah yang paling banyak digunakan hingga saat ini.