Perayaan Tahun Baru dalam Sejarah Dunia Kuno: Babilonia hingga Romawi

By Utomo Priyambodo, Kamis, 28 Desember 2023 | 09:00 WIB
Gambaran musik dan tari di era Mesir kuno. Orang-orang Mesir kuno suka berpesta untuk merayakan Tahun Baru. (Jan van der Crabben)

Tipuan itu berhasil. Warna-warna cerah serta lampu yang diasosiasikan dengan menakut-nakuti Nian akhirnya menyatu dalam perayaan tersebut.

Perayaan Imlek biasanya berlangsung selama 15 hari dan cenderung berpusat di rumah dan keluarga. Orang-orang membersihkan rumah mereka untuk menghilangkan nasib buruk, dan beberapa orang membayar hutang lama sebagai cara untuk menyelesaikan urusan tahun sebelumnya.

Untuk mendorong awal tahun yang baik, mereka juga menghiasi pintu rumah mereka dengan gulungan kertas dan berkumpul dengan kerabat untuk pesta. Menyusul penemuan bubuk mesiu pada abad ke-10, masyarakat Tiongkok kuno juga merupakan orang pertama yang merayakan Tahun Baru dengan kembang api.

Karena Tahun Baru Imlek masih didasarkan pada kalender lunar yang berasal dari milenium kedua SM, hari libur tersebut biasanya jatuh pada akhir Januari atau awal Februari pada bulan baru kedua setelah titik balik matahari musim dingin.

Setiap tahun dikaitkan dengan salah satu dari 12 hewan zodiak: tikus, lembu, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam jago, anjing, dan babi.

5. Nowruz Persia Kuno

Meskipun masih dirayakan di Iran dan wilayah lain di Timur Tengah dan Asia, akar Nowruz (atau “Hari Baru”) sudah ada sejak zaman kuno. Sering disebut “Tahun Baru Persia”, festival musim semi yang berlangsung selama 13 hari ini jatuh pada atau sekitar ekuinoks musim semi di bulan Maret dan diyakini berasal dari daerah yang kini menjadi wilayah Iran modern sebagai bagian dari agama Zoroastrian.

Catatan resmi Nowruz baru muncul pada abad ke-2. Namun sebagian besar sejarawan meyakini perayaannya sudah ada sejak abad ke-6 SM dan di era kekuasaan Kekaisaran Achaemenid.

Tidak seperti banyak festival Persia kuno lainnya, Nowruz tetap menjadi hari libur penting bahkan setelah penaklukan Iran oleh Alexander Agung pada tahun 333 SM dan kebangkitan pemerintahan Islam pada abad ke-7 M.

Perayaan kuno Nowruz berfokus pada kelahiran kembali yang menyertai kembalinya musim semi. Raja akan menggunakan hari libur tersebut untuk mengadakan jamuan makan mewah, membagikan hadiah, dan mengadakan audiensi dengan rakyatnya.

Tradisi lainnya termasuk pesta, bertukar hadiah dengan anggota keluarga dan tetangga, menyalakan api unggun, mewarnai telur, dan memercikkan air untuk melambangkan penciptaan. Salah satu ritual unik yang muncul sekitar abad ke-10 adalah pemilihan “Penguasa Nowruzian”: seorang rakyat jelata yang akan berpura-pura menjadi raja selama beberapa hari sebelum “dicopot” menjelang akhir festival.

Nowruz telah berkembang pesat dari waktu ke waktu. Namun banyak tradisi kunonya—khususnya penggunaan api unggun dan telur berwarna—masih menjadi bagian dari hari raya modern, yang dirayakan oleh sekitar 300 juta orang setiap tahunnya.