Caligula mengalami tragedi keluarga saat masih kecil
Tahun-tahun bahagia Caligula tiba-tiba berakhir ketika, pada tahun 19 M, ayahnya meninggal. Kematian sang ayah sangat mendadak dan mencurigakan. Germanicus baru berusia 33 tahun dan Agrippina menyalahkan Kaisar Tiberius atas kematian mendadak suaminya.
Ada kemungkinan bahwa Tiberius tidak terlibat. Germanicus menjadi korban Sejanus, seorang prefek Praetorian yang berkuasa di Kekaisaran Romawi.
Konflik Agrippina dengan Tiberius menyebabkan kematiannya. Dan segera terjadi pembersihan, yang mengakibatkan kakak laki-laki Caligula kehilangan nyawa mereka. Caligula, bagaimanapun, terhindar dan “diundang” ke Pulau Capri. Di sana ia menghabiskan beberapa tahun berikutnya di bawah pengawasan Kaisar Tiberius.
Bertahun-tahun Caligula di Capri merupakan pengalaman traumatis bagi seorang pemuda. Menjadi seorang sandera, hidup di bawah pengawasan terus-menerus dan mengkhawatirkan nyawanya sendiri tidaklah mudah. Namun Caligula setidaknya terhindar dari intrik istana dan selamat dari permainan perebutan takhta yang terjadi di Roma.
Tiba-tiba, pada akhir tahun 31 M, orang paling berkuasa di Roma, Sejanus, ditangkap dan dieksekusi. Tiberius yang baru saja kehilangan putranya Drusus menyatakan Caligula sebagai penggantinya. Pada tahun 37 M, Tiberius meninggal dunia. Meskipun rumor beredar bahwa Caligula terlibat dalam kematian Tiberius, kemungkinan besar kaisar berusia 77 tahun itu meninggal secara alami. Caligula kini menjadi penguasa baru Kekaisaran Romawi
Pada awalnya, Caligula adalah kaisar yang populer
Pada awal masa pemerintahannya, Kaisar Caligula sangat populer. Berbeda dengan Tiberius yang tertutup dan paranoid, Caligula adalah seorang pria muda dan karismatik. Dia juga putra Germanicus yang terkenal dan mendapat dukungan dari legiun.
Segera setelah mengambil alih kekuasaan, kaisar baru membatalkan undang-undang yang tidak populer. Ia menghapuskan pajak yang menindas dan membebaskan semua tahanan politik. Dia juga menyelenggarakan permainan mewah, yang semakin memperkuat dukungannya di kalangan masyarakat. Bahkan Senat, yang masih menyimpan harapan untuk mengembalikan Republik, mendukung penguasa baru.
Dengan masa mudanya, pesona dan silsilah keluarga, Caligula dipandang sebagai harapan baru bagi Kekaisaran Romawi. Akhirnya, Caligula tidak dikenang sebagai penguasa muda yang sukses tetapi sebagai seorang tiran yang paranoid, bejat dan gila. Ia menjadi salah satu kaisar Romawi yang terburuk.
Kisah di balik “kegilaan” Caligula sangatlah rumit, dengan senator seperti Suetonius yang mencoreng nama kaisar demi generasi mendatang. Caligula masih terlalu muda, sombong, dan ceroboh, tidak mau mengakui pentingnya Senat pada masa-masa awal Kekaisaran Romawi. Dan atas penghinaan itu, Caligula membayar dengan nyawa dan reputasinya.