Ikan Pari Jawa Jadi Ikan Laut Pertama yang Punah akibat Ulah Manusia

By Utomo Priyambodo, Jumat, 29 Desember 2023 | 16:00 WIB
Spesimen terakhir ikan pari jawa (Urolophus javanicus). Ikan pari jawa menjadi ikan laut pertama yang yang punah dari Daftar Merah IUCN. Ikan ini terakhir kali ditemukan di pasar ikan di Jakarta. (Edda Aßel, Museum für Naturkunde Berlin.)

Namun, kedua spesies ini masih menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin besar di wilayah masing-masing. Kijang menghadapi peningkatan kekeringan di wilayah Sahel di Afrika, sedangkan antelop mengalami “kematian massal” pada tahun 2015 akibat suhu dan kelembapan ekstrem.

Dampak perubahan iklim terlihat dalam penilaian ikan

Secara global, seperempat spesies ikan air tawar beresiko punah karena pemanasan suhu, penangkapan ikan berlebihan, dan polusi, menurut penilaian ikan air tawar global pertama yang dilakukan oleh IUCN, yang termasuk dalam pembaruan Daftar Merah terbaru.

Penilaian tersebut mencakup ikan lele raksasa Mekong yang sulit ditangkap, yang populasinya berada di bawah tekanan karena pembangunan bendungan dan penangkapan ikan berlebihan di wilayah Mekong Bawah. Lalu ada pula salmon Atlantik yang mengalami penurunan sebesar 23% antara tahun 2006 dan 2020.

Perubahan iklim berdampak pada setidaknya 17% spesies ikan air tawar yang terancam punah, yang menyebabkan penurunan permukaan air, intrusi air laut ke sungai karena kenaikan permukaan laut, dan perubahan musim.

“Perubahan iklim berinteraksi dengan ancaman-ancaman lain, dan biasanya ancaman-ancaman lain itulah yang mendorong spesies semakin terancam punah dan membuat mereka punah, bukan perubahan iklim itu sendiri,” kata Hilton-Taylor dari IUCN.

Ancaman-ancaman ini termasuk polusi yang berdampak pada 57% ikan air tawar yang terancam punah, bendungan dan pengambilan air berdampak pada 45%, penangkapan ikan berlebihan yang mengancam 25%, serta spesies invasif dan penyakit yang merugikan 33%, menurut organisasi tersebut.

“Ikan air tawar merupakan lebih dari separuh spesies ikan yang dikenal di dunia, suatu keanekaragaman yang tidak dapat dipahami mengingat ekosistem air tawar hanya mencakup 1% dari habitat perairan,” kata Kathy Hughes, salah satu ketua kelompok spesialis ikan air tawar IUCN.

“Spesies yang beragam ini merupakan bagian integral dari ekosistem dan penting bagi ketahanannya. Hal ini penting bagi miliaran orang yang bergantung pada ekosistem air tawar dan jutaan orang yang bergantung pada perikanan.”

Penilaian ikan air tawar dikembangkan dengan masukan dari lebih dari 1.000 ilmuwan dari seluruh dunia dan kombinasi lebih dari 100 lokakarya baik secara tatap muka maupun online. Menurut Hilton-Taylor, IUCN saat ini sedang menilai spesies air tawar di Tiongkok.