Peta Sejarah Eropa Abad Pertengahan Ini Dipenuhi Monster Laut

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 2 Januari 2024 | 15:00 WIB
Eropa utara dalam peta Carta Marina karya Olaus Magnus (1539). Di dalam peta ini, ada banyak monster laut yang memenuhi perairan Eropa. Keberadaan monster ini membuat orang khawatir untuk melaut. (Olaus Magnus/Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Sebelum penjelajahan semasif di zaman kolonialisme, orang Eropa sering memetakan berbagai kawasan dengan ragam asumsi adanya makhluk yang menyeramkan. 

Tengoklah peta di atas yang berjudul "Carta Marina" yang dibuat pada akhir 1539. Peta ini sering menjadi acuan para kartografer, penulis, dan cendekiawan yang mempelajari lautan di sekitar Eropa. Selama beberapa dekade, peta ini diyakini kebenarannya.

Seiring waktu, sejarah Eropa menyadari bahwa banyak makhluk yang tidak nyata. Perlahan-lahan, berbagai monster laut yang dibuat dalam peta "Carta Marina" ini dihapuskan.

"Banyak gambar yang terlihat cukup fantastis," kata Chet van Duzer, sejarawan kartografi dan penulis Sea Monsters on Medieval and Renaissance Maps, dilansir dari National Geographic. "Sangat mudah untuk membayangkan kartografer langsung menciptakannya."

Anda bisa bayangkan, di lepas pantai Norwegia terdapat seekor ular raksasa yang kepalanya mirip naga mampu melilit kapal. Ada pula di dekat Kepulauan Faroe, ada monster raksasa yang dapat memangsa seekor anjing laut menggunakan paruhnya yang runcing. Lebih seram lagi, di tepi pantai Skotlandia ada seekor lobster raksasa yang dapat menjepit manusia dengan capitnya.

Carta Marina menjadi pertanyaan terkait monster-monster laut yang dimuatnya: dari mana sumbernya?

Peta "Carta Marina" yang mendokumentasi pelbagai monster

Peta ini diketahui diciptakan oleh Olaus Magnus, uskup agung Swedia. Peta abad pertengahan ini merupakan salah satu representasi geografis pertama dalam sejarah Eropa.

Carta Marina ukurannya sangat besar dengan ukuran 23 kaki persegi dan menggambarkan potret Eropa Utara yang sangat ramping, tetapi cukup detail. Kawasan yang ditempatkan pada peta tersebut antara lain Denmark, Estonia, Finlandia, Islandia, Latvia, Norwegia, Swedia, dan bagian utara Kepulauan Inggris.

Kala itu, masyarakat di masa sejarah Eropa memiliki rasa penasaran yang tinggi akan ilmu pengetahuan dan penemuan. Akan tetapi, rasa penasaran ini masih berpegang pada keyakinan dan mitos yang berada di alam.

Buktinya, kehadiran peta ini bisa hadir di masa Era Penemuan, tepatnya ketika teknologi percetakan diperkenalkan dalam sejarah Eropa. Percetakan karya tulis membawa ide-ide fantastis dengan mudah tersebar ke masyarakat Eropa.

Sayangnya, tidak mudah bagi orang Eropa yang baru mengenal percetakan. Hanya sedikit orang yang bisa membaca. Oleh karena itu, Magnus melalui petanya, membawa gambaran monster yang mungkin diketahui oleh masyarakat dari Alkitab atau cerita rakyat.

Masyarakat percaya bahwa di laut ada banyak monster laut mengerikan. Walau sebenarnya, beberapa monster raksasa tersebut memang ada, seperti paus. Belum lagi, Magnus memiliki latar belakang pendidikan yang pernah berkuliah di Jerman di bidang teologi.

Masyarakat Eropa sebelum periode Renaisans percaya bahwa ada banyak binatang yang belum mereka lihat seperti naga dan ular laut. Van Duzer berpendapat, Magnus melalui karyanya bersama dengan ungkapan umum yang dicetak dalam petanya, membuat penggambaran paus ganas pun tampak realistis.

Magnus mengungkapkan, monster ini disalin dari ensiklopedia bergambar. Ilustrasi dari ensiklopedia ini berdasarkan deskripsi Plinius Tua, filsuf dan ilmuwan abad pertama dari Kekaisaran Romawi dalam bukunya Naturalis Historia.

Berbeda dengan peta-peta kuno lainnya yang biasanya memberikan gambaran makhluk mitologis sebagai hiasan dekoratif, peta Carta Marina menyatakan bahwa keberadaan monster laut benar adanya.

Van Duzer menjelaskan, masyarakat sejarah Eropa pada zaman Renaisans mencatutkan monster sebagai peringatan bahwa dunia perairan sangat berbahaya. Hal ini juga yang mencerminkan kekhawatiran masyarakat pada masanya tentang bahayanya perjalanan laut.

Kekhawatiran masyarakat Eropa punya alasan. Kerap kali perjalanan laut, terutama jarak jauh, memakan korban jiwa pada dekade abad ke-16. Setidaknya, 50 persen penyebab kematian di perjalanan laut adalah penyakit kudis.

Ada pun risiko yang sangat berbahaya dari perjalanan laut jarak jauh adalah kecelakaan, tenggelam, dan penyakit menular yang membuat banyak orang mati di laut dengan jenazah yang tidak bisa pulang ke kampung halaman.