Jarak yang jauh antar kawasan lindung dapat memisahkan populasi burung pemangsa satu sama lain seperti di serangkaian pulau. Banyak spesies burung pemangsa akan menjadi semakin terisolasi dan populasinya akan menjadi lebih kecil. Mereka semakin terpisah dan kurang mampu melakukan pertukaran genetik.
Penelitian ini memberikan peringatan yang meyakinkan, kata ahli burung Ian Newton, seorang profesor di Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris.
“Ini adalah gambaran terlengkap yang kami dapatkan hingga saat ini dalam sebuah penelitian. Hal ini benar-benar membuktikan bahwa penurunan penyebaran ini tersebar luas di wilayah yang luas di Afrika.”
Serangkaian konsekuensi yang menanti
Penyebab penurunan ini banyak dan beragam. Namun sebagian besar berasal dari pertumbuhan populasi eksponensial di Afrika dan dampak drastisnya terhadap penggunaan lahan.
Sejak survei burung pemangsa pertama dilakukan pada tahun 1970an, populasi Afrika meningkat lebih dari dua kali lipat. Dengan jumlah penduduk yang diproyeksikan meningkat dua kali lipat lagi pada tahun 2058, tren tersebut akan semakin cepat.
Burung pemangsa juga mati dalam jumlah besar karena terjebak, tersengat listrik oleh jaringan kabel listrik. Burung ini juga mengalami keracunan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
“Racun pertanian seperti pestisida jauh lebih banyak tersedia dibandingkan 40 atau 50 tahun yang lalu. Dan orang-orang menggunakan racun ini untuk membunuh predator seperti singa yang memangsa ternak mereka,” kata Newton. Para petani memikat singa dengan bangkai beracun, namun burung bangkai juga sering tertarik pada umpan tersebut.
Para pemburu liar juga menggunakan metode yang sama untuk membunuh burung bangkai yang mungkin akan membocorkan keberadaan mereka.
Pendaur ulang alami
Dan ketika kita kehilangan burung pemangsa, kita kehilangan banyak sekali manfaat ekosistem.