Menyingkap Pembagian Kelas Sosial dalam Sejarah Mesopotamia Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 19 Januari 2024 | 19:00 WIB
Dalam sejarah Mesopotamia kuno, kelas sosial terbagi empat kelompok berupa kelas atas, kelas menengah, kelas bawah, dan budak. (Public domain)

Kelas bawah akan menjadi bagian terbesar dari populasi. Orang-orang ini tidak terlalu dihormati, tapi mereka juga diandalkan oleh masyarakat.

Mereka adalah petani, pembantu rumah tangga, pembuat batu bata, dan pemulung. Mereka miskin dan rendah dalam rantai makanan, tapi setidaknya mereka masih punya harga diri. Berbeda dengan kelompok terakhir dalam hierarki sosial yakni para budak.

Budak tidak akan dilihat sebagai manusia yang memiliki haknya sendiri, melainkan sebagai properti yang dimiliki oleh individu kelas atas.

Karena masyarakat miskin merupakan persentase terbesar dari populasi di Mesopotamia kuno, maka “rata-rata” warga negara Mesopotamia adalah masyarakat kelas bawah. 

Hari-hari biasa bagi warga kelas bawah di kota-kota kuno Mesopotamia kemungkinan besar berkisar pada pekerjaan mereka.

Entah mereka seorang petani atau buruh di industri lain, hari-hari kerja keras dan fisik yang panjang akan sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka.

Kesulitan Sehari-hari bagi Masyarakat Mesopotamia Kuno

Kehidupan sehari-hari seorang petani atau pekerja pastilah sangat sulit. Mereka tidak hanya harus bekerja berjam-jam yang panjang dan melelahkan dalam kondisi kerja yang sulit.

Namun mereka juga harus menghadapi ketidakpastian pekerjaan. Pikirkan pola cuaca, bencana alam, hama, penyakit dan sejumlah faktor lingkungan lainnya di luar kendali manusia. Selain itu, kehidupan mereka akan menjadi lebih sulit lagi karena kurangnya sumber daya dan rendahnya kedudukan mereka di masyarakat.

Tapi jangan salah paham. Kehidupan sehari-hari tidak semuanya buruk bagi warga pekerja. Bahkan para petani dan buruh pun kemungkinan besar akan menyediakan waktu untuk kehidupan keluarga dan rekreasi.

Mereka suka bermain permainan papan, bercerita di sekitar api unggun, berkumpul dengan orang-orang terkasih, dan makan malam bersama di meja. 

Beberapa waktu juga akan dicurahkan untuk upacara dan ritual keagamaan , yang bahkan akan membantu memberikan para pekerja kelas bawah perasaan akan tujuan dan makna dari pekerjaan mereka yang sering kali merendahkan martabat.