Ancaman di mana-manaPara peneliti menunjukkan bahwa salinasi yang disebabkan aktivitas manusia ini berdampak pada sekitar 2,5 miliar hektar tanah di seluruh dunia.
Para peneliti juga mencatat bahwa dalam 50 tahun terakhir, jumlah ion garam meningkat di sungai air tawar seiring dengan penggunaan dan produksi garam secara global nan masif. Tentunya, hal ini berdampak pada ekosistem perairan air tawar, termasuk spesies terancam.
Sementara di udara, ion garam juga ditemukan. Keberadaan garam di udara disebabkan oleh danau yang mengering di daratan yang memicu gumpalan debu garam menguap ke atmosfer.
Dampaknya bisa sangat berbahaya kepada kawasan bersalju. Garam yang turun di jalanan dapat menjadi aerosol yang dapat menghasilkan partikel natrium dan klorida. Jika menguap kembali ke udara dapat menyebabkan kekacauan cuaca.
Saipul Hamdi, Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN dalam makalah Dampak Aerosol Terhadap Lingkungan Atmosfer pada 2013 mengungkapkan, peningkatan jumlah aerosol dapat memperpanjang waktu hidup awan lebih lama. Imbasnya, curah hujan akan semakin berkurang.
Salinisasi yang berantakan ini punya efek "bertingkat", terang Kaushal dan tim. Misalnya, debu garam bisa mempercepat pencairan salju di kawasan beriklim dingin. Dampaknya pun bisa berbahaya bagi masyarakat yang bergantung pada sumber air dari lelehan salju.
Pasalnya, ion garam dapat mengikat kontaminan di tanah dan sedimen, membentuk "campuran kimia" yang beredar di seantero lingkungan, serta menimbulkan efek merugikan. “Garam memiliki radius ionik yang kecil dan dapat terjepit di antara partikel-partikel tanah dengan sangat mudah,” ujar Kaushal.
Seruan serius
Masalah lingkungan dari siklus garam yang terganggu harus dipertimbangkan, kata Kaushal. Dari hasil temuan yang dipaparkan, risikonya bisa terjadi dalam jangka waktu pendek dan panjang, yang berperan penting dalam keselamatan masyarakat. Namun, di satu sisi, garam memang sangat dibutuhkan
“Ada risiko cedera jangka pendek, yang serius dan merupakan sesuatu yang perlu kita pikirkan, namun ada juga risiko jangka panjang berupa masalah kesehatan yang terkait dengan terlalu banyak garam dalam air kita,” kata Kaushal. “Ini tentang menemukan keseimbangan yang tepat.”
Oleh karena itu dalam penelitian, Kaushal dan rekan-rekan menyerukan prosedur "batas planet untuk konsumsi garam yang aman dan berkelanjutan". Cara yang ditawarkan ini harus dipertimbangkan sebagaimana urgensi negara-negara dunia untuk mengontrol tingkat karbon untuk membatasi perubahan iklim.