Samarkand, Negeri Penghubung Jalur Sutra yang Tetap Cantik Hari Ini

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 4 Februari 2024 | 10:35 WIB
Samarkand adalah pusat peradaban penting di Asia Tengah yang dilalui Jalur Sutra. Berbagai peradaban masa lalu telah menguasainya silih berganti, namun tetap cantik sampai hari ini. (EldarZakirov/Deviantart)

Nationalgeographic.co.id - Samarkand hari ini merupakan kota besar di Uzbekistan. Meski bukan ibukota negara tersebut, Samarkand adalah kota tertua di Asia Tengah yang menjadi saksi kejayaan berbagai peradaban.

Sekitar 1333, penjelajah asal Maroko Ibnu Batutah singgah. Dia memuji kota ini dalam catatan Rihla-nya sebagai "salah satu kota terbesar dan terbaik, dan paling sempurna keindahannya". Kota ini masih tetap indah, walau ada banyak jejak reruntuhan peradaban kuno yang sebagian besar telah musnah.

Kemunculan SamarkandKota Samarkand sangat penting sebagai persinggahan di Jalur Sutra yang menghubungkan Timur Tengah, Asia Timur, dan India. Kawasannya diperkirakan telah ditempati manusia sejak abad ke-14 SM.

Secara etimologi, Samarkand berasal dari bahasa Sogdiana yang bermakna benteng atau kota batu. Arti nama ini sama dengan ibukota Uzbekistan hari ini, Tashkent.

Namun, Mahmud al-Kashgari, seorang cendekiawan muslim dari Kekhanan Kara-Khanid menyebut Samarkand dengan Samizkand dalam bahasa Turki yang berarti "kota gemuk". Ketika Kekaisaran Mughal berkembang hingga Afganistan pada abad ke-16, Kaisar Babur (berkuasa 1526 – 1530) juga menyebut kota ini demikian.

Para arkeolog memperkirakan kota ini telah diketahui oleh peradaban besar seperti Babilonia, Asiria, dan Persia, ketika hendak berpergian ke Tiongkok.

Lokasi Samarkand sangat subur dan berada di Lembah Sungai Zerafshan yang menyediakan sumber daya alam melimpah. Oleh karena itu, peradaban besar silih berganti memperebutkannya. 

Salah satu yang paling awal, misalnya, Kekaisaran Akhemeniyah yang pernah bercokol selama abad keenam SM. Kekaisaran dari Persia itu menaklukkan Samarkand di bawah pimpinan Cyrus Agung. Darius I (berkuasa 522 – 486 SM) menjadikannya sebagai ibukota satrapi atau provinsi Sogdania.

Aleksander Agung menguasai Samarkand pada abad keempat SM dalam kampanye militer menaklukkan Persia. Kota ini pun disebut dalam berbagai sumber Yunani semasa Aleksander Agung sebagai Maracanda. Oleh Aleksander, kota ini dijadikan basis militer yang kuat sebelum menuju India.

Setelah Aleksander wafat, Kekaisaran Makedonia terpecah menjadi tiga. Samarkand menjadi bagian dari satrapi Kekaisaran Seleukia--pecahan Makedonia yang didirikan oleh Jenderal Seleukos I Nikator.

Akan tetapi, Kekaisaran Seleukia sangat lemah di Samarkand karena saking sibuknya berurusan dengan kekaisaran-kekaisaran Yunani. Samarkand kemudian dikuasai oleh Kekaisaran Kushan yang berkuasa dari India utara, Persia timur, sampai Uzbekistan.

Berbagai kekuasaan pun menguasai Samarkand sejak runtuhnya kuasa Helenistik. Samarkand juga pernah ditaklukkan oleh Kekaisaran Sasaniyah sekitar 260 M. Penaklukkan berikutnya terjadi pada 350-375 M oleh suku nomaden Xionit.

Pada abad keenam Masehi, Samarkand dikuasai oleh Kekhanan Turki yang berasal dari Pegunungan Altai, Rusia hari ini. 

Sejak abad keempat, agama Kristen sudah ramai di Samarkand. Ajaran yang mayoritas adalah Nestoria yang kemungkinan dibawa dari Persia. 

Kejayaan Samarkand periode Jalur SutraSamarkand mendulang masa kejayaan pada abad ketujuh Masehi ketika Kekaisaran Tiongkok semasa Dinasti Tang membuka Jalur Sutra. Kota ini pun semakin ramai sebagai persinggahan pedagang. Kota ini pun menjadi metropolitan bagi pemeluk Kristen Nestoria pada awal abad kedelapan.

Zaravshanskii, sebuah kawasan pendudukan tua di tepi Samarkand. (Public Domain)

Menjelang puncak sejarah abad pertengahan, peradaban Islam mulai masuk ke Samarkand. Pada abad kedelapan Masehi, Islam menjadi agama dominan di antara penduduk kota setelah penaklukkan oleh wangsa Umayyah.

Daerah ini masih belum stabil secara politik karena kekaisaran Islam silih berganti runtuh dan berdiri. Kekaisaran Islam yang bercokol terakhir sebelum abad ke-13 adalah Kekaisaran Abbasiyah. Banyak ulama Islam yang pernah singgah di Samarkand, termasuk periwayat hadis Imam al-Bukhari.

Selanjutnya, Samarkand diperebutkan oleh Kekaisaran Mongol pada 1220. Kampanye militer Mongol ke Samarkand terbilang sadis karena hanya menyisakan sekitar seperempat populasi penduduknya.

Kejayaannya kembali ada di bawah kepemimpinan Timur Lenk sekitar 1371. Samarkand dijadikan ibu kota Kekaisaran Timuriyah. Otomatis, kekaisaran yang berasal dari pecahan Kekaisaran Chagatai Mongol ini membangun tembok dan benteng baru yang melindungi kota.

Sejak itu, Samarkand dibangun secara pesat sebagai sentral peradaban di Asia Tengah. Meskipun peradaban berganti-ganti hingga hari ini, para pemimpin negara dan kekaisaran lainnya tetap mempercantik Samarkand.