Nationalgeographic.co.id—Dunia ditumpuki segudang misteri. Ada banyak hal yang tak terduga, seperti halnya kematian. Kematian yang tak pandang kaya atau miskin, kuat atau lemah. Dan itu menimpa seorang aktor sohor yang namanya mentereng di Jepang.
Ini adalah kisah Bandō Mitsugorō VIII, aktor Kabuki—teater klasik di Jepang—dan dianggap sebagai harta karun nasional Jepang. Ia adalah legenda yang paling dihormati di Jepang sejak tahun 1930-an hingga kematiannya.
Ningen Kokuhō atau harta karun nasional Jepang adalah adalah istilah populer dalam bahasa Jepang untuk menyebut seorang individu yang telah disertifikasi sebagai Pelestari Properti Budaya Takbenda Penting di Jepang. Mitsugorō adalah salah satunya.
Ia mengkhususkan diri pada gaya aragoto, yang menekankan bentuk gerakan dan ucapan dinamis yang berlebihan. Dia adalah anak kedelapan dalam garis keluarga pemain kabuki Mitsugorō.
Begitu juga dengan putra serta cucunya yang masing-masing mengambil nama mereka menjadi Bandō Mitsugorō IX dan X. Hidupnya terlalu hebat kala itu, banyak pencapaian yang telah diraihnya. Sampai suatu hal mengejutkan menimpanya.
Kisahnya bermula pada tanggal 16 Januari 1975, ketika Bandō Mitsugorō dan teman-temannya pergi ke sebuah restoran di Kyoto. Mereka hendak memesan ikan fugu atau ikan buntal yang terkenal lezat dan jadi kuliner yang menantang bagi yang penasaran.
"Ikan buntal sangat beracun," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikelnya berjudul Dramatic Deaths These People Did Not See Coming, yang diterbitkan pada 27 Januari 2024.
Maka dari itu, ikan fugu atau ikan buntal harus disiapkan dan dimasak dengan hati-hati oleh koki berkualifikasi tinggi untuk menghilangkan bagian beracun tersebut tanpa mencemari daging dan mengubah esensi rasa lezatnya.
Bersama dengan teman-temannya, Mitsugorō seperti ingin menunjukkan kebolehannya. Ia akan memesan empat porsi hati ikan buntal untuk dirinya sendiri, di mana bagian hati ikan buntal adalah yang paling beracun.
Namun demikian, awalnya pemilik restoran membatasi penjualan ikan buntal karena dianggap terlalu berisiko dan bahkan dilarang secara hukum. Tapi kedatangan tamunya yang luar biasa, sang pemilik restoran merasa tak bisa menolak pesanan aktor kondang tersebut.
Sebelum memesan, ia telah meyakinkan kepada koki restoran bahwa ia telah mengembangkan ketahanan alami terhadap efek racun yang melumpuhkan dalam tubuhnya.
"Ia menyebut dirinya telah kebal dari racun hingga sang koki menghidangkan ikan buntal untuknya," tulis Justin McCurry kepada The Guardian dalam artikelnya Last supper? Japan's diners divided over killer puffer fish, terbitan 5 Agustus 2016.
Setelah hidangan tersaji, Mitsugorō langsung melahapnya. Setiap kali ia memasukkan hati ikan buntal itu ke mulutnya, rasa yang tak biasa meronai setiap gigitannya. Menciptakan sensasi lain dari yang lain: kesemutan di bagian lidah dan bibirnya.
Mitsugorō bukan berarti tidak tahu bahwa ikan buntal bisa kapan saja membunuh orang yang memakannya. Ia hanya "ingin menunjukkan kepada teman-temannya bahwa dia bisa bertahan empat kali lipat dari racun yang bisa membunuh orang normal," imbuh McCurry.
Dalam sekejap, setiap hati ikan buntal itu masuk ke tubuhnya, rasa kesemutan itu mengalir lewat aliran darah. Ikan buntal yang masuk ke kerongkongannya, turut meronai rasa kesemutan juga ditenggorokannya dan menjalar ke seluruh tubuh.
Beberapa menit setelahnya, ia mulai merasa kebas di seluruh tubuh. Lama-kelamaan, kesemutan sekujur tubuhnya itu membuat Mitsugorō tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.
Perlahan, ia mulai merasakan sesak di paru-parunya. Hampir sejam dan dia mulai mengalami kesulitan bernafas. Semakin terengal-engal dan seketika wajahnya berubah menjadi pucat pasi.
Hanya dalam hitungan empat jam, Mitsugorō yang sohor seantero Jepang itu dinyatakan telah meninggal dunia setelah menelan empat hati ikan buntal. Ia wafat pada tanggal 16 Januari 1975 di usia 68 tahun.
Zat beracun dalam ikan buntal disebut tetrodotoxin, menyebabkan puluhan orang jatuh sakit setiap tahun, beberapa diantaranya berakibat fatal: kematian, menurut Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang.
Setelah kematian Bandō Mitsugorō VIII, belum diketahui nasib dari restoran di Kyoto yang menyajikan hidangan ikan buntal yang membunuh sang akrot sohor. Yang jelas, sang koki yang menyiapkan hidangan itu telah dicabut lisensinya sekaligus mengakhiri karirnya.
Tidak hanya Mitsugorō yang menjadi korban dari kenikmatan membunuh ikan buntal. Sudah banyak korban yang membuat hidangan ikan buntal dicekal pemerintah dan dilarang untuk dihidangkan.
Seperti halnya di Osaka, sebuah restoran digerebek usai diduga menghidangkan ikan buntal dalam sajian menunya. Otoritas keamanan pangan setempat telah melarang jaringan restoran tersebut untuk menyajikan ikan buntal.
Bagaimanapun, ikan fugu atau ikan buntal telah menjadi kunci kelezatan dari Jepang. Dan Jepang juga lebih dikenal di dunia barat sebagai penyaji ikan buntal yang membuat sensasi menantang bagi pencinta kuliner ekstrem.