Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia pernah mencatat beberapa pemilu curang yang pernah terjadi di seluruh dunia. Namun pemilu paling curang yang selama ini pernah tercatat berasal dari Afrika.
Pada tahun 1927, sekitar 95 tahun yang lalu, Republik Liberia di Afrika Barat mengadakan pemilihan umum dan pemilihan presiden. Dalam pemilihan presiden, kandidatnya adalah petahana Charles Dunbar Burgess King dari Partai True Whig yang berkuasa dan Thomas J. Faulkner dari Partai Rakyat oposisi.
Saat itu, Liberia memiliki 15.000 pemilih terdaftar menurut Komisi Pemilihan Umum Nasional (NEC). Namun, ketika pemungutan suara berakhir, King terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga dengan 96% (240.000) suara; dan Faulkner menerima 4% (9.000) suara.
Dengan kata lain, secara statistik, jumlah pemilih di Liberia pada tahun 1927 melebihi 1.660%! Dengan angka yang penuh misteri ini, Liberia akan terus mencatat rekor global dalam pemilu curang dan mungkin masih belum terpecahkan, seperti dikutip dari Front Page Africa dan All Africa.
Bertahun-tahun kemudian, Ketua Komisi Pemilihan Umum Liberia Francis Johnson-Morris (yang tidak memimpin pemilu tahun 1927) menyebut Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden Liberia tahun 1927 sebagai "pemilu paling curang". Faktanya, pemilu Liberia tahun 1927 berhasil masuk dalam Guinness Book of Records sebagai "pemilu paling curang yang pernah dilaporkan dalam sejarah".
Perkembangan Selanjutnya dan Sejarah Pemilu Liberia
Tak lama setelah pemilu Liberia tahun 1927 yang penuh misteri, Liga Bangsa-Bangsa (pendahulu Perserikatan Bangsa-Bangsa) memerintahkan penyelidikan atas tuduhan beragam yang dilakukan Faulkner bahwa anggota pemerintahan Partai True Whig menggunakan tenaga kerja budak di dalam negeri; menjual budak ke koloni Spanyol Fernando Po; dan melibatkan Tentara Liberia dalam prosesnya.
Meskipun tuduhan tersebut tidak dapat dibuktikan sepenuhnya, diketahui bahwa Presiden Liberia C.D.B. King dan Wakil Presiden Allen Yancy mengambil keuntungan dari kerja paksa, yang setara dengan perbudakan.
Pada tahap awal proses pemakzulan yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Liberia terhadap Presiden King dan Wakil Presiden Yancy, mereka berdua segera mengundurkan diri. Kemudian Menteri Luar Negeri Liberia Edwin James Barclay menggantikan King sebagai Presiden Liberia, dengan James Skivring Smith Jr. sebagai Wakil Presiden.
Dampak lain dari pemilu Liberia yang "paling curang" pada tahun 1927 adalah seruan agar Liga Bangsa-Bangsa menjadi perwalian Liberia. Pada abad ke-21, perwalian PBB atas Liberia berarti kelompok internasional yang menjalankan Republik Liberia, didukung oleh dolar Amerika dan tentara asing dari seluruh dunia yang melindungi Liberia; sampai Liberia terbukti mampu menjalankan pemerintahannya sendiri.
Dikutip dari Africanews, Liberia memperoleh kemerdekaannya lebih dari satu abad sebelum negara-negara Afrika lainnya, dan sejak tahun 1847 telah memilih presidennya.
Dalam catatan sejarah dunia, negara Liberia “didirikan” pada tahun 1822 oleh mantan budak dan orang kulit hitam yang lahir bebas dari Amerika Serikat. Sejak didirikan itu, kekuasaan eksekutif di Persemakmuran Liberia dipegang oleh Gubernur Liberia hingga sebelum kemerdekaan.
Gubernur ditunjuk oleh American Colonization Society (ACS) yang mensponsori dan mengirim hampir 19.000 budak yang dibebaskan dan orang kulit hitam kelahiran Amerika ke Liberia.
Gubernur pertama Thomas Buchanan digantikan oleh gubernur kulit hitam pertama Joseph Jenkins Roberts yang terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama setelah kemerdekaan pada tahun 1847.
Konstitusi tahun 1847 dirancang berdasarkan hukum Amerika dan masyarakat adat tidak diberi hak pilih sampai terjadi kudeta militer tahun 1980 yang dipimpin oleh presiden adat pertama Samuel Doe.
Sebelum kudeta, hanya warga Amerika-Liberia yang terpilih sebagai presiden. Dan dari 24 presiden yang dimiliki Liberia, sepuluh diantaranya lahir di Amerika.